Ru’yatullah Dalam Pandangan Mufasir

Ismatur Khaira, 140303004 (2019) Ru’yatullah Dalam Pandangan Mufasir. Skripsi thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of Membahas tentang Tafsir Al-Qur'an]
Preview
Text (Membahas tentang Tafsir Al-Qur'an)
Ismatul Khaira.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (1MB) | Preview

Abstract

Ayat-ayat ru’yat di dalam Alquran memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisi Alquran mengatakan bahwa Allah dapat dilihat namun ada juga yang mengatakan sebaliknya. Dalam sejarah perjalanan umat Islam dari zaman dahulu yaitu para sahabat hingga sekarang ini, umat Islam terbagi ke dalam banyak kelompok yang masing-masing berpegang pada Mazhabnya. Sedangkan pada masalah ru’yatullah terbagi kepada tiga kelompok. Yaitu, kelompok yang mengingkari ru’yatullah baik di dunia maupun di akhirat, kelompok yang membenarkan ru’yatullah di dunia maupun di akhirat. Dan kelompok yang membenarkan ru’yatullah di akhirat saja. Bahkan untuk menguatkan argument dalam berdebat, kelompok-kelompok tersebut menggunakan ayat-ayat Alquran sebagai dalilnya. Sehingga seakan-akan ayat-ayat ru’yat di dalam Alquran bertentangan. Permasalahan inilah yang penulis angkat dalam penelitian ini, dengan mengkaji dari tiga kitab tafsir yaitu Tafsīr al-Quran al-‘Adzīm karya Ibnu Katsīr, Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab dan Tafsīr al-Munīr karya Wahbah Zuhaili. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode mawḍū’i dan muqaran, dengan mengambil jenis penelitian kepustakaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ru’yatullah menurut para ulama dan untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat ru’yatullah dalam Alquran menurut ketiga tafsir tersebut. Hasil penelitian ini adalah bahwa Allah tidak pernah dilihat dengan mata kepala oleh nabi Musa maupun Rasulullah di dunia. Ru’yatullah menurut para arifbillah bisa saja terjadi dengan bashirah di dunia, tetapi ru’yatullah yang hakiki hanya bisa dirasakan oleh orang beriman setelah mereka masuk surga. Di dalam Tafsīr al-Quran al-‘Adzīm dan Tafsīr al-Munīr, menjelaskan ru’yatullah itu akan terjadi di akhirat secara langsung dengan mata kepala. Tetapi melihat Allah di dunia itu tidak bisa dikarenakan kebesaran dan keagungan-Nya yang Maha Tinggi dan Maha Suci. Sedangkan dalam Tafsir al-Misbah tidak menerangkan ru’yatullah secara langsung dengan mata di akhirat, tapi lebih kepada akan menerima balasan amal perbuatannya, ridha dan murka-Nya, ganjaran dan sanksi-Nya. Manusia tidak dapat menjangkau hakikat zat Allah dan sifat-Nya dengan pandangan mata tidak juga dengan akal. Kemudiansemua ayat yang menjadi kontroversi dalam penafsirannya, menunjukkan kepada akan dapatnya melihat Allah di akhirat dengan mata kepala, mematahkan argument kelompok yang menafikan ru’yatullah baik di dunia maupun di akhirat. Jadi dapat disimpulkan, ru’yatullah adalah suatu perkara yang gaib yang wajib diimani yang hanya diperoleh oleh hamba yang beriman dan beramal saleh sebagai tambahannya di akhirat, sedangkan orang-orang kafir tidak. Maka oleh sebab itu berlomba-lombalah dalam kebaikan untuk memperoleh ridha Ilahi dan pertemuan dengan-Nya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing I : Dr. Damanhuri Basyir, M.Ag. Pembimbing II : Dr. Faisal M. Nur, MA
Uncontrolled Keywords: Ru’yatullah, Pandangan Mufasir
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X1 Al-Qur'an dan ilmu yang berkaitan > 2X1.3 Tafsir Al-Qur'an > 2X1.321 Tafsir Bil Ma'stur
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Ismatul Khaira Isma
Date Deposited: 06 Aug 2019 04:34
Last Modified: 06 Aug 2019 04:34
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/9465

Actions (login required)

View Item
View Item