Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Melalui Zakat Produktif (Analisis Peluang dan Tantangan Baitul Mal Aceh)

Artikel ini mendiskusikan pemberdayaan ekonomi mustahik melalui zakat produktif di Baitul Mal Aceh. Pada dasarnya, keberhasilan lembaga amil zakat dalam pengelolaan zakat bukanlah pada berapa besar harta zakat yang dikumpulkan atau disalurkan kepada mustahik, akan tetapi seberapa besar manfaat dan hakikat zakat dapat dirasakan oleh mustahik, serta mampu merubah status mustahik menjadi muzakki. Baitul Mal Aceh merupakan salah satu lembaga amil zakat yang diberikan kewenangan melalui Qanun No. 10 Tahun 2007 serta Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2003. Baitul Mal Aceh telah melakukan berbagai macam program pemberdayaan ekonomi mustahik melalui zakat penyaluran zakat produktif dalam berbagai macam program unggulan, seperti pengemukan sapi, pemeliharan kambing, pemberian modal usaha, pemberian modal pertanian serta pengadaan becak mesin kepada mustahik zakat. Baitul Mal Aceh memiliki peluang yang besar dalam memberdayakan ekonomi mustahik, di samping memiliki regulasi yang kuat seperti Qanun No. 10 Tahun 2007, Pergub No. 18 Tahun 2003, Baitul Mal Aceh juga memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap, serta memiliki amil yang professional dan tim kerja yang bagus. Namun disisi lain, Baitul Aceh juga memiliki tantangan yang besar dalam pemberdayaan mustahik, seperti ketidak jujuran mustahik, pemahaman mustahik bahwasanya zakat tidak wajib dibayar, menunggaknya angsuran mustahik, bencana alam, serta susah pemetaan mustahik, kurangnya akses pemasaran produk mustahik dan berbagai macam tantangan lainnya.