Sistem Perhitungan Volume Muatan Truk Material di Kecamatan Darussalam Aceh Besar Dalam Persfektif Akad Al-Bai’

Dalam transaksi jual beli material perhitungan volume merupakan hal terpenting bagi para pihak yang berakad. Pada jual beli material perhitungan muatan di lakukan dengan cara menyesuaikan muatan dengan ukuran volume truk. Namun yang terjadi di Kecamatan Darussalam perhitungan volume muatan dilakukan berdasarkan perkiraan saja, jika sudah mencapai bak truk maka dianggap sudah memenuhi satu truk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa masalah: Pertama bagaimana mekanisme transaksi dalam jual beli material. Ke dua bagaimana perhitungan takaran volume dan penetapan harga pada muatan truk material. Ke tiga bagaimana persfektif fiqh muamalah terhadap transaksi tersebut khususnya pada ketentuan Ma’qud ‘alaih. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, dan pengumpulan data primer di peroleh melalui penelitian langsung kelapangan (field research), sedangkan pengumpulan data sekunder di peroleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme transaksi objek jual beli material dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan alat komunikasi handphone. Transaksi ini belum sepenuhnya memenuhi syarat jual beli, disebabkan pihak pembeli masih sedikit yang memahami substansi jual beli yang sebenarnya. Perhitungan takaran volume dan penetapan harga pada muatan truk material dilakukan berdasarkan penyesuain dengan ukuran volume truk, dan berdasarkan pada alat-alat pengambilan material. Penetapan harga yang dilakukan berdasarkan pada jarak tempuh, jenis material, jumlah material, dan berdasarkan penetapan dari pihak sopir. Ditinjau dari ma’qud ‘alaih, transaksi jual beli material belum sepenuhnya sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam ma’qud ‘alaih. Dalam penerapannya belum adanya kejelasan yang pasti pada muatan material. Unsur ketidakjelasan dalam transaksi jual beli material yang dapat memuculkan kezaliman bagi salah satu pihak, maka jual beli tersebut termasuk ke dalam jual beli yang fasid, yaitu jual beli yang sah menurut pokoknya namun tidak sah menurut sifatnnya.