Semiotika Pinto Aceh

Talinda Ainil Fitrah, 160401072 (2021) Semiotika Pinto Aceh. Skripsi thesis, UIN Ar-Raniry.

[thumbnail of tentang Semiotika Pinto Aceh]
Preview
Text (tentang Semiotika Pinto Aceh)
Talinda Ainil Fitrah, 160401072, FDK, KPI, 082272712898.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (4MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini berjudul “Semiotika Pinto Aceh”. Adapun latar belakang masalah pada penelitian ini bagaimana isi pesan yang terkandung dalam ukiran Pinto Aceh menggunakan pendekatan semiotika. Ukiran Pinto Aceh merupakan salah satu motif ternama yang dimiliki oleh Aceh dan menjadi primadona sejak dulu hingga sekarang. Motif ini terdiri dari unsur flora, fauna serta sebuah bangunan bersejarah yang menjadi kerangka dasar dari motif ini, yaitu pinto khop. Pembuatan motif ini dilakukan atas permintaan seorang perwira Belanda yang bermukim di Banda Aceh bermaksud menghadiahkan sebuah perhiasan yang akan dirancang khusus untuk istrinya. Penciptaan motif pinto Aceh dulunya hanya terdapat pada perhiasan seperti liontin, kalung, bros dan perhiasan pelengkap lainnya pada wanita. Setiap ukiran yang telah diukir oleh para utoh (seniman) mengandung makna yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui makna apa yang terdapat di setiap unsur pembentuk pinto Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui analisis semiotika menurut Ferdinand de Saussure terhadap ukiran Pinto Aceh dan observasi lapangan, dokumen, buku-buku sejarah Aceh, internet searching, wawancara dengan para sejarawan serta studi kepustakaan. Semiotika menganalisis tanda berupa simbol satu persatu disetiap unsur ukiran melalui penanda (signifier) dan pertanda (signified). Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi tanda dan pertanda. Hasil penelitiannya yaitu, pada Pinto Aceh mengandung makna antara lain motif pucok paku memiliki makna tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Aceh (daun pakis) dan menjadi menu makanan andalan masyarakat Aceh, pinto khop merupakan pintu mutiara keindraan, kedewaan atau raja-raja, motif bungong meulu yang melambangkan keharuman dan kesucian, garis lengkung yang mengartikan bulan sabit (lambang yang terdapat di ujung kubah mesjid / melambangkan agama Islam), boh eungkot (telur ikan) mempunyai makna bahwa Aceh memiliki hasil laut yang melimpah ruah serta yang terakhir adalah garis lurus berbentuk huruf “V” yang memiliki makna pucok reubong (tunas bambu yang baru tumbuh) dan bu kulah (nasi yang dibungkus dengan daun pisang). Bu kulah ini dibuat pada saat perayaan hari maulid sebagai hidangan para tamu dan juga dihidangkan pada acara resepsi pernikahan adat Aceh dalam memuliakan tamu undangan. Terlepas daripada motif yang telah ada, pinto Aceh terus mengalami perubahan pada setiap ukiran tergantung dari para seniman (utoh)-nya, namun tanpa meninggalkan eksistensi ukiran khas daerah Aceh.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X7 Filsafat dan Perkembangan > 2X7.2 Dakwah
200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X7 Filsafat dan Perkembangan > 2X7.2 Dakwah > 2X7.26 Komunikasi Dakwah
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: Talinda Ainil Fitrah Talinda
Date Deposited: 30 Jun 2021 08:32
Last Modified: 30 Jun 2021 08:32
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/17584

Actions (login required)

View Item
View Item