Perancangan Pusat Kerajinan Aceh Di Banda Aceh Pendekatan Neo Vernakular

Aceh merupakan salah satu wilayah yang memiliki ragam seni dan budaya yang sangat kaya. Aceh memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Secara umum masyarakat Aceh terdiri atas kelompok-kelompok etnik (suku bangsa), yaitu: Aceh Rayeuk, Gayo, Alas, Tamiang, Kluet, Aneuk Jamee, dan Semeulue. Keenam kelompok etnik ini masing-masing mendiami daerah yang mereka anggap sebagai tanah leluhurnya. Kerajinan yaitu hasil karya kreatif yang dibuat dari pekerjaan tangan dan tercipta dengan alami sesuai dengan keinginan karena imajenasi yang ada pada setiap orang. (Dancitta, 2011). Kerajinan Aceh sudah banyak mengalami perubahan karena adanya inovasi dalam peningkatan benda-benda kerajinan yang menyangkut proses pembuatan, bentuk maupun simbol-simbol yang digunakan. Banyak di antara hasil kerajinan Aceh yang mempunyai ciri khas dan sebagian telah memasuki pasaran sehingga memiliki nilai-nilai ekonomi. Dengan demikian, barang-barang kerajinan Aceh itu tidak hanya sekedar berfungsi dalam kegiatan budaya masyarakat pendukungnya (Kerangka Acuan, 1990/1991, 1-2). Kehadiran Perancangan Pusat Kerajinan Aceh di banda Aceh ini sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kerajinan Aceh yang telah menjadi warisan turun temurun masyarakat Aceh Perancangan Pusat Kerajinan Aceh ini menerapkan tema Neo Vernakular, penerapan tema ini diharapkan mampu membuat masyarakat mengingat akan sejarah dan budaya Aceh serta memperkenalkan kepada masyarakat tentang kerajinan Aceh. Selain itu juga untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara dalam memperkenalkan kerajinan Aceh.