Sanksi Pidana Pemerkosaan dalam Perspektif Tujuan Pemidanaan (Studi Komparatif Qanun Aceh No.6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dan Akta 574 Tahun 2002 tentang Kanun Keseksaan

Pemerkosaan adalah hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan dengan cara paksaan atau suatu ancaman yang mengancam jiwa terhadap korban. Sanksi pemerkosaan yang dimuat dalam Qanun Aceh No.6 Tahun 2014 tentang Qanun Jinayat adalah maksimal sanksi bagi pelaku pemerkosaan adalah dengan 175 kali cambuk atau denda 1.750 gram emas murni atau penjara 175 bulan. Sedangkan didalam Akta 574 tentang Kanun Keseksaan adalah maksimal sanksi penjara 30 tahun. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah perbandingan unsur-unsur bagi tindak pidana pemerkosaan, perbandingan sanksi pemerkosaan antara Qanun Jinayat dan Akta 574 dan sanksi pemerkosaan dilihat dari perspektif tujuan pemidanaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dan pendekatan normatif dengan menerapkan metode yuridis komparatif. Hasil dari penelitian ini bahwa sanksi yang dimuat dalam Qanun Jinayat dan Akta 574 bertujuan untuk memberi pembalasan terhadap pelaku kejahatan dan memberi efek jera serta menakut-nakuti orang yang ingin berbuat kejahatan. Dari paparan di atas disimpulkan bahwa sanksi yang dimuat di dalam kedua-dua hukum materiil bertujuan untuk memberi kesadaran kepada masyarakat bahwa setiap kejahatan yang dilakukan mempunyai resiko yaitu dikenakan sanksi baik itu berupa cambuk, denda maupun penjara.