Syariat Islam dalam Konteks Keindonesiaan

Syariat merupakan pedoman dan aturan yang diturunkan Allah Swt untuk memberikan manfa'at sebesar-besarnya bagi umat manusia dan mencegah dari mereka berbagai mudarat yang bakal menimpa mereka tidak hanya di dunia tapi jua di akhirat. Ia bukanlah buatan manusia ataupun golongan dan bangsa tertentu. Untuk itu penerapan syari'at adalah hal yang utama dan bukanlah ia sebuah alternative untuk mensejahterkaan manusia. Karena ia bersumber dari Maha Pencipta seluruh jagad raya ini beserta isinya, Maha Mengetahui segala yang terbaik dan yang buruk bagi manusia. Syari'at merupakan sebuah kemestian dan bukan sebuah ancaman. Syari'at adalah solusi dan bukan masalah. Penerapan syariat di Indonesia bukanlah hal yang baru namun mengakar pada akar sejarah bangsa ini. Syari'at sudah diterapkan di berbagai kerajaan Islam di Nusantara seperti di Samudra Pasai, Perlak, Demak, Aceh Darussalam, Pagaruyung, Gowa, Banten, Mataram, Pajang, Cirebon dan lain sebagainya. Bahkan pada saat zaman penjajahan syari'at terus bertahan untuk tetap menjadi pedoman. Lebih dari itu para pendiri bangsa ini pernah membuat sebuah piagam yang dikenal dengan piagam Jakarta yang berisi mengenai penerapan syari'at Islam untuk pemeluknya. Namun perjuangan ini tidak berhasil mulus dan merupakan sebuah sunnatullah seorang belum bisa dikatakan beriman sebelum ia diuji. Hal ini merupakan ujian bagi umat Islam untuk terus memperjuangkannya. Datangnya reformasi memberi peluang dan kesempatan bagi umat Islam untuk menerapkan syari'at khususnya di Aceh. Adanya otonomi daerah memberikan kesempatan bagi Aceh untuk membuat perda-perda syari'at oleh sebab itu hal ini merupakan kesempatan yang wajib disyukuri dan tidak boleh disia-siakan. Kerugian besar bagi umat Islam jika mengabaikan anugrah Allah Swt yang sangat besar ini dengan memberikan peluang menerapkan ajarannya dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya.