Analisis Framing Pesan Politik Dan Pendidikan Dalam Rubrik Kuta Raja Harian Serambi Indonesia

Keberadaan media dalam kehidupan masyarakat sangatlah penting, selain wadah penyebaran informasi, media juga memainkan peran penting sebagai alat kontrol kinerja pemerintahan. Hanya saja, sudut pandang media terkadang berbeda dengan sudut pandang lainnya. Media kerap melakukan framing terhadap suatu realitas, hal ini dapat mempengaruhi kebenaran berita yang diproduksi. Misalnya terdapat di rubrik Kuta Raja Koran Harian Serambi Indonesia yang memiliki tujuan sebagai penyebaran informasi pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya kota Banda Aceh. Namun, informasi yang disebarkan dalam bentuk berita kerap menampilkan framing yang dapat mempengaruhi pembaca, adapun framing yang kerap dimunculkan adalah pesan politik dan pendidikan. Penelitian ini hendak menelusuri lebih jauh dengan melakukan analisa terhadap berita yang terdapat di rubrik Kuta Raja yang mengandung framing politik dan pendidikan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian deksriptif. Pola penalaran yang digunakan adalah penalaran induktif. Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Banda Aceh, serta Kantor Serambi Indonesia. Sumber data yang digunakan ada 2 jenis, yaitu data primer yang terdiri dari berita yang dipublikasi oleh rubrik Kuta Raja dengan rentang waktu adalah antara bulan Juli - September 2020tahun 2020, dan juga hasil wawancara dengan narasumber Drs. Bukhari M.Ali sebagai Manager News Serambi Indonesia. Selanjutnya data sekunder yang terdiri dari buku, disertasi, tesis, jurnal maupun yang lainnya. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan tematik dan tahapan deskriptif analitik.
Hasil penelitian menemukan bahwa rubrik Kuta Raja kerap melakukan framing dalam mengkonstruksikan suatu peristiwa. Framing tersebut sering diperlihatkan dengan menampilkan penonjolan aspek tertentu dalam beritanya, seperti framing pesan politik dengan menampilkan tokoh politik yang begitu dominan. Sedangkan pesan pendidikan justru tidak terlalu signifikan pemberitaannya. Penonjolan aspek politik mengindikasikan adanya kepentingan dalam proses pemberitaannya. Dengan demikian, diperlukan adanya penyeimbang dalam proses rekonstruksi suatu peristiwa agar terhindar dari bias framing.