Implementasi Kerjasama Pada Pengelolaan Usaha Pangkas Rambut Dalam Perspektif Akad Syirkah (Suatu Penelitian Di Kecamatan Syiah Kuala)

Manusia di ciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, dengan sifat ini manusia selalu membutuhkan orang lain dalam setiap aspek kehidupannya. Salah satu aspek kehidupannya yaitu bekerjasama dalam hal bermualah. Dalam Islam sistem kerjasama atau syirkah merupakan bagian terpenting dalam muamalah. Dimana Penerapan kerjasama tersebut harus didasari pada prinsip akad Syirkah. Pertanyaan penelitian ini Bagaimanakah praktek kerjasama pada pengelolaan usaha pangkas rambut di Kecamatan Syiah Kuala, Bagaimanakah perspektif akad Syirkah terhadap kerjasama pada pengelolaan usaha pangkas rambut di Kecamatan Syiah Kuala. Data penelitian ini dihimpun melalui metode penelitian lapangan (field research),wawancara atau interview dan dokumentasi, selanjutnya dihimpun dari metode peneletian kepustakaan (library research), yaitu memaparkan dan memberi penilaian apakah penerapannya tersebut sesuai dengan akad syirkah atau tidak. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa dalam penerapan kerjasama pada pengelolaan usaha pangkas rambut di Rukoh Kecamatan Syiah Kuala ini dilakukan dengan aturan adat kebiasaan di daerah tersebut, dimana sistem akad dilakukan secara lisan tanpa menentukan jangka waktu akad kerjasama ini berakhir. Dan sistem bagi hasilnya dilakukan dengan pembagian keuntungan 60% untuk pihak pekerja dan 40% untuk pemilik modal. Dan yang sering terjadi pemilik modal mendapatkan keuntungan sedikit atau tidak sama sekali, karena pihak pengelola tidak bekerja secara maksimal yang biasanya dilakukan tanpa sepengetahuan pihak pemilik, sehingga pemilik dirugikan. Penerapan kerjasama pada pengelolaan usaha tersebut diperbolehkan menurut Hukum Islam, jika ditinjau dari segi akad karena telah memenuhi unsur-unsur akad Dalam syirkah. Tetapi dalam pelaksanaannya pekerja melakukan penyimpangan terhadap prinsip-prinsip muamalah, maka pelaksanaan hasil tersebut tidak sesuai dengan prinsip saling menguntungkan. Sedangkan mengenai jangka waktu akad, meskipun tidak ditetapkan, tapi yang demikian dipandang sah oleh Imam Hanafi dan Zahiriyah.