Golongan Mustahik Zakat: Perspektif Fuqaha & Baitul Mal Aceh

Zakat merupakan salah salah satu pilar agama Islam dan juga sebagai instrumen filantropi yang potensial dimiliki kaum muslimin yang harus dikelola dengan baik dan sesuai dengan ketentuan Syariah, baik untuk pemberdayaan ekonomi para mustahik atau untuk mewujudkan kemaslahatan yang lebih luas bagi seluruh gologan penerima manfaat yang telah ditentukan dalam asnaf tsmaniyah. Karena itu pendistribusian yang dilakukan oleh lembaga amil seperti Baitul Mal Aceh dalam berbagai bentuk kemasan program, harus dipastikan tetap berada dalam koridor asnaf tsamaniyah. Tidak ada halangan bagi Baitul Mal sebagai lembaga zakat resmi milik pemerintah Aceh atau Baznas milik pemerintah di luar Aceh bahkan lembaga zakat swasta (LAZ) untuk kreatif dalam membuat program pendayagunaan yang dididistribusikan secara konsumtif dan produktif. Selama ini distribusi atau pendayagunaan zakat di Indonesia yang berbasis asnaf tsmaniyah dilakukan dalam beberapa pola antara lain: Pertama, pola konsumtif tradisional dimana zakat diberikan dalam bentuk uang tunai (bagi habis).Kedua, produktif kreatif, zakat diberikan dalam bentuk beasiswa, pelatihan, dan training-training kepada mustahik. Ketiga, pola produktif tradisional, zakat diberikan dalam bentuk bantuan modal usaha kepada kelompok kerja masyarakat miskin. Dengan demikian pendayagunaan dana zakat dalam bentuk produktif apalagi yang bersifat kreatif seperti bantuan beasiswa untuk para mustahik adalah suatu pola yang patut untuk dikembangkan tanpa harus menghentikan bantuan langsung tunai (konsumtif) kepada masyarakat seperti program fakir uzur untuk seumur hidup mereka. Buku ini disusun untuk melihat perbandingan antara konsep asnaf tsamaniyah dalam perspektif fiqh dengan kriteria mustahik zakat yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Baitul Mal Aceh yang dituangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan kerja lembaga amil zakat milik Pemerintah Aceh (Baitul Mal).