Teologi Aceh Refleksi Sosial, Agama, dan Politik Kontemporer

Aceh adalah negeri unik, keunikan ini terjadi dalam setiap dimensinya, baik dalam dimensi sejarah, adat budaya, politik dan prilaku keagamaan. Dalam dimensi historisnya Aceh telah mencatat tinta emas pernah menjadi sebuah kerajaan terbesar kelima di dunia. Sehingga secara peradaban politik dan kebudayaan Aceh telah mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Aceh juga memiliki keunikan dalam adat budaya yang mendeskripsikan hubungan harmoni dengan agama. Hampir tidak ditemukan praktek adat dan budaya di Aceh tidak bermuatan nilai-nilai keagamaan. Sehingga adat adalah
mempresentasikan agama. Dari sinilah kemudian muncul ungkapan bahwa “adat ngon hukom lagee zat ngon sifeut” bahwa adat dan ajaran Islam yang berjalan di Aceh menyatu bagaikan Zat dan Sifat Allah Swt. Tradisi dalail khairat, zikir maulod, meurukon, meusifeut dalah beberapa presentasi tradisi yang begitu kuat edukasi keagamaan. Karena begitu
kentalnya nilai agama dalam praktik adat sehingga di Aceh hukum adat itu dipandang sebagai pranata yang legal dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. Tulisan yang ada dalam buku ini dapat dimaknai sebagai respon intelektual dalam meneropong beberapa fenomena yang terjadi di Aceh dan juga nusantara. Tulisan dalam buku ini memang rangkaian tulisan lepas yang kemudian ditematisasikan dalam beberapa tema yang dianggap mempunyai spirit dan pesan seirama. Namun secara keseluruhan tulisan ini umumnya adalah sebuah refeksi teologis tergadap secuil fenomena politik, budaya dan keagamaan di Aceh.