Hubungan Optimisme Dengan Subjective Well-Being Menghadapi Perkuliahan Daring Pada Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Akhir tahun 2019 organisasi kesehatan Dunia (WHO) disiagakan akan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya yang terdekteksi di kota Wuhan, China dampak yang ditimbulkan dari pandemi covid-19 telah mengubah berbagai aspek kehidupan. Individu yang memiliki optimis tinggi percaya kegagalan hanya bersifat sementara dan oleh sebab itu optimisme memegang peran penting dalam pembentukan subjective well-being karena subjective well-being adalah suatu penilaian individu terhadap kepuasan hidup yang meliputi kebahagian, kepuasan hidup, ketahanan diri suatu persepsi pada peristiwa hidupnya, dan juga dari segi pemikiran kognitif, afektif, keadaan lingkungan sekitarnya dan bagaimana hasil dari penilaian pemikiran dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dengan subjective well-being menghadapi perkuliahan daring pada mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Alat ukur penelitian ini menggunakan skala subjective well-being berdasarkan teori dari Diener (2005) dan skala optimisme Seligmen (2008). Metode analisis data yang digunakan adalah korelasional. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Sempel penelitian 342 sampel, yang terdiri perempuan 227 dan laki-laki 115. Hasil ini menunjukan terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara optimisme dengan subjective well-being menghadapi perkuliahan daring pada mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,582 dengan singnifikan 0,000 hal tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat singnifikan antara optimisme dan subjective well-being.