Identifikasi Konsep Arsitektur Tradisional Aceh pada Bangunan Pemerintahan di Banda Aceh (Studi Kasus: Kantor Gubernur Aceh)

Banyaknya bangunan baru dibangun di Aceh terutama Banda Aceh saat ini yang sudah mulai meninggalkan nilai-nilai maupun gaya desain arsitektur tradisional pada bangunannya. Menurut Saiful Anwar (2016), kantor Gubernur Aceh sebagai salah satu bangunan yang menerapkan kearifan masyarakat Aceh yaitu unsur-unsur dari Rumoh Aceh. Pada awal pembangunan Kantor Gubernur Aceh sudah terdiri dari 6 gedung seperti yang kita lihat sekarang, pada desember 2004 gedung D dan F sempat mengalami kerusakan akibat bencana gempa dan tsunami dan dibangun kembali dengan orientasi seperti semula. Maka dari itu penulis ingin meneliti lebih dalam mengingat gedung kantor Gubernur Aceh mengalami perubahan seiring waktu bertambanhnya kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penerapan arsitektur tradisional Aceh serta pengaruhnya terhadap image atau identitas daerah. Bentuk penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif, proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Variabel yang dikaji pada penelitian ini yaitu karakteristik dari wujud dan elemen fisik Arsitektur Tradisional Aceh pada bangunan Kantor Gubernur Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Kantor Gubernur Aceh merupakan penyatuan/peleburan antara Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh dengan Arsitektur Masa Kini (Arsitektur Modern). Meskipun tidak semua bagian dari komplek perkantoran gubernur Aceh menerapakannya, gedung D dan F salah satu gedung yang tidak menerapakan Arstektur Tradisional Aceh yaitu rumoh Aceh.