Fitoremediasi Air Limbah Penatu Menggunakan Tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Pada saat ini jasa pencucian pakaian atau usaha penatu berkembang dimana-mana terutama di daerah pemukiman, dimana banyak masyarakat yang tidak sempat mencuci pakaiannya sendiri karena kesibukannya. Air limbah yang dihasilkan langsung disalurkan ke saluran drainase yang pada akhirnya akan mengalir ke badan air. Debit limbah cair yang dihasilkan berfluktuasi tergantung jumlah pelanggan yang mencuci pakaiannya dengan rata-rata effluent sebanyak 550 L/hari. Dampak negatif dari limbah penatu yaitu adanya pencemar limbah cair yang dihasilkan dari sisa proses pencucian baju sehingga mengakibatkan kekeruhan dan menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. Fitoremediasi menawarkan sejumlah keuntungan, tetapi juga ada sejumlah kelemahan yang harus dipertimbangkan ketika ingin menerapkan teknologi ini. Meskipun biaya rendah merupakan keuntungan, waktu yang diperlukan untuk mengamati hasil bisa lama. Konsentrasi polutan dan keberadaan racun lain harus berada dalam batas-batas toleransi tanaman yang akan digunakan. Tidak mudah untuk memilih tanaman dengan efisiensi untuk meremediasi kontaminan bervariasi secara bersamaan. Pada tahap awal wadah diisi dengan air limbah penatu sebanyak 20 liter menggunakan wadah box plastik dengan dimensi panjang 54 cm × lebar 40 cm × tinggi 28 cm dan dilubangi dengan jarak 10 cm, kemudian rumput gajah dipotong dengan tinggi tanaman sekitar 60 cm dan ditanam pada lubang platform yang berfungsi untuk tempat rumput gajah sebagai platform mengambang untuk mendukung tanaman rumput gajah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan terbesar dalam menurunkan dari pengaruh jumlah adalah dengan tanaman rumput gajah efektif dalam menurunkan kadar pH sebesar 7,50 atau 23,46% ; efektif dalam menurunkan COD sebesar 605,59 mg/L atau setara dengan 50,56% dan Fosfat sebesar 0,61 mg/L atau setara dengan 97,73%.