Turnitin - Ekonomi Humanistik dan Tradisi Pertanian Masyarakat Aceh.

Kegiatan pertanian di dalam masyarakat Aceh dipengaruhi oleh tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Ini terlihat dalam perhitungan periodisasi pergantian musim untuk bercocok tanam, sistem pengerjaan lahan pertanian dan perkongsian hasil produksi pertanian. Dalam perhitungan periodisasi pergantian musim untuk bercocok tanam, penyemaian benih dalam tradisi masyarakat Aceh harus dilakukan pada bulan-bulan haji dan bulan Asan-Usén (bulan Muharram). Tetapi, di samping itu periode penaburan benih juga mengikuti konstelasi bintang Orion yang di Aceh disebut sebagai bintang tiga (bintang lhèë). Metode perhitungan keunòng merupakan sebahagian daripada pengetahuan kearifan lokal di kalangan masyarakat Aceh. Penerapannya dilakukan secara kolektif oleh para petani di suatu wilayah tertentu dengan mengikuti tradisi sosial yang berlaku di daerah tersebut. Setiap anggota masyarakat akan mendiskusikan secara bersama hari-hari keunòng yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan kegiatan pertanian. Para tetua (tuha) yang dihormati di dalam masyarakat akan berdiskusi dan hasil keputusannya secara kolektif dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat sebagai kesepakatan sosial dalam pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan pertanian, dan juga untuk mengkoordinasikan sejumlah pekerjaan yang terkadang terkait dengan tahapan pengerjaan orang lain seperti pada saat penanaman benih, di mana haiwan ternak harus dijaga oleh pemiliknya untuk tidak digembalakan di pematang sawah (umòng).