Strategi Komunikasi Komunitas Sahabat Hijau terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Banda Aceh

Sampah merupakan persoalan besar yang dapat mempengaruhi keadaan sosial masyarakat, oleh karena itu sampah harus dikelola dengan tepat. Pengelolaan sampah yang tidak benar akan mengakibatkan penimbunan sampah, kerusakan dan pencemaran lingkungan yang berakibat buruk pada kesehatan masyarakat. Saat ini Kota Banda Aceh memproduksi sampah hingga 576 ton per-harinya, jumlah ini tergolong besar jika melihat TPA Kota Banda Aceh sudah menggunung. Oleh karena itu pemerintah Kota Banda Aceh sudah melakukan pemindahan sampah dari TPA Gampong Jawa ke TPA Blang Bintang, namun biaya pengangkutan sampah itu membutuhkan biaya yang besar. Seharusnya sampah yang dibuang ke TPA bisa dikurangi dengan cara pengelolaan sampah, yaitu mengelompokkan sampah sesuai jenisnya seperti botol dan residu, kemudian sampah tersebut dijual ataupun diolah kembali menjadi sebuah kerajinan yang bisa menghasilkan nilai uang. Oleh karena itu, Komunitas Sahabat Hijau mengambil peran untuk mengedukasi dan mensosialisasikan tentang pengelolaan sampah yang benar kepada masyarakat Kota Banda Aceh, khususnya di event-event besar. Penelitian ini berjudul “Strategi Komunikasi Komunitas Sahabat Hijau terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Banda Aceh”. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk kegiatan, strategi komunikasi yang digunakan, dan apa saja kendala komunitas Sahabat Hijau dalam melakukan kampanye pengelolaan sampah di Banda Aceh. Ada tiga teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori komunikasi intrapersonal, teori komunikasi antar personal, dan teori komunikasi organisasi. Adapun penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, terdiri dari 4 orang relawan dan 1 orang pendiri komunitas Sahabat Hijau. Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa bentuk kegiatan Komunitas Sahabat Hijau yang berfokus dalam pengelolaan sampah disebut Less Waste Event (LWE). Dalam strategi komunikasi yang digunakan, komunitas ini terlebih dahulu memotivasi para relawan agar tergerak untuk menjaga lingkungan, kemudian komunitas ini juga mengajak atau berkolaborasi dengan organisasi lain atau penyelenggara event di Kota Banda Aceh. Selanjutnya, komunitas ini melakukan sosialisasi serta edukasi kepada pedagang ataupun pengunjung event-event di Kota Banda Aceh. Komunitas ini juga turut berperan dalam mengkampanyekan kegiatan menjaga lingkungan di Instagram. Namun dalam melakukan aksinya, ada beberapa hambatan yang dilalui oleh komunitas Sahabat Hijau yaitu adanya pandemi Covid-19 yang mengharusnya komunitas ini berhenti sejenak untuk beraktivitas, jumlah relawan aktif yang sedikit sehingga tidak sepadan dengan kegiatan komunitas, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah, minimnya sarana yang dimiliki, pihak panitia yang tidak kooperatif dalam bekerjasama, dan pemanfaatan media yang belum maksimal.