Implementasi Pembelajaran PAI Daring di SDN 10 Kota Sabang

Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan murid,tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Pembelajaran daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet, Seperti menggunakan Google Meet, Google Classroom dan lainnya. Hal ini dilakukan karena adanya wabah pandemic Covid-19, pemerintah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Dalam skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai Implementasi Pembelajaran PAI Daring di SDN 10 Kota Sabang.Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:1) Bagaimana Implementasi Pembelajaran PAI Daring di SDN 10 Kota Sabang? 2) Apa saja faktor pendukung Implementasi Pembelajaran PAI Daring di SDN 10 Kota Sabang? 3) Apa saja faktor penghambat Implementasi Pembelajaran PAI Daring di SDN 10 Kota Sabang?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research),dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu 2 orang guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala sekolah. Untuk memperoleh data yang akurat diperoleh melalui wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan Implementasi pembelajaran PAI daring di SDN 10 Kota Sabang tidak berjalan seperti pembelajaran daring pada umumnya dikarenakan keterbatasan sarana dan kesiapan guru itu sendiri, dikarenakan tidak semuanya memiliki handphone maka seperti di jelaskan di atas maka orang tua murid menjemput bahan ajar dan soal latihan untuk setiap minggu nya. Faktor pendukung dan penghambat mengimplementasi daring learning melalui aplikasi whatsapp dalam mempermudah proses pembelajaran PAI pada masa pandemi covid-19, pada faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan proses pembelajaran daring yaitu faktor pendukung seperti wifi sekolah dan kuota sedangkan faktor penghambatnya yaitu terbatasnya fasilitas pada siswa contohnya hand phone, kemampuan guru dalam menggunakan teknologi daring, kurangnya partisipasi orangtua mengawasi anaknya.