Moderasi Beragama Kaum Muda melalui Pemahaman Multikulturalisme di Media Sosial

Dialog tentang moderasi beragama bisa dihidupkan di media sosial untuk mencounter pesan-pesan intoleransi yang membanjiri media sosial. Pada dasarnya moderasi beragama bukan hanya untuk satu golongan usia tertentu, dari anak-anak hingga orang tua memiliki kewajiban yang sama menjaga sifat toleransi. Tetapi dalam konteks sosial media, usia remaja menjadi pengguna sosial media terbesar, mereka menjadi generasi yang menghabiskan waktunya lebih banyak di jagat digital. Teori perbedaan generasi menyebutnya sebagai generasi Y (milenial) dan generasi Z. Generasi inilah yang menjadi digital native atau penduduk asli (pribumi) digital, adapun generasi sebelumnya merupakan digital immigrant yang tidak sepenuhnya tumbuh di era digital. Kaum muda yang menjadi pribumi digital ini tentu menguasai “channel baru” komunikasi ini. Mereka menjadi aset penting mendialogkan dan mengkampanyekan moderasi beragama melalui media sosial. Aspek teknis teknologi media sosial telah mereka kuasai, yang perlu dilakukan adalah memberi sentuhan etis-kritis agar mereka menjadi generasi yang bukan hanya melek literasi digital, tetapi juga menjadi generasi yang memiliki pemahanan moderasi beragama. Kaum muda telah memiliki modal dasar nilai moderasi beragama. Mereka memiliki jiwa kepeloporan (qudwah) mereka telah memiliki nilai kewargaan/cinta tanah air (muwathanah). Ini menjadi modal penting bagi penciptaan generasi muda yang bisa menerapkan moderasi beragama di media sosial yang pada gilirannya diharapkan terejawantah dalam kehidupan luas sebagai bagian rasa keIndonesiaan merawat kebhinnekaan.