Peran Perempuan Eks Kombatan Masa Konflik Di Aceh Selatan

Artikel ini memaparkan tentang peran perempuan eks kombatan padamasa konflik di Aceh Selatan. Dalam perjalanan sejarah Aceh dapatdisebutkan bahwa, Aceh sebagai salah satu daerah yang tidak pernahreda dengan konflik. Sejak penjajahan Belanda, Jepang, Orde Lama,Orde Baru sampai era reformasi, Aceh terus bergejolak. Akar konflikAceh yang memunculkan “Gerakan Aceh Merdeka” adalah pada masaOrde Lama di bawah pemerintahan Sukarno, yaitu munculnyaPemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentera Islam Indonesia) di bawahpimpinan Teungku Muhammad Daud Beureueh. Perasaan kecewa,kembali memunculkan pembrontakan di kalangan rakyat Aceh padamasa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Gerakan inidisebut dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di bawah pimpinan HasanTiro yang diproklamirkan tahun 1976. Pada tahun 1999 di bawahkepemimpinan Teungku Abdullah Syafi’i mulai direkrut perempuan.Pada masa konflik perempuan memiliki andil yang cukup besar, bukansaja sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, tameng keluarga,mendukung perjuangan. Kondisi konflik perempuan lebih “bebas begerak”karena kurang dicurigai oleh aparat TNI/POLRI, sehigga memungkinkan untuk menjadi intelijen, urusan logistik dan lain-lain