Analisis Wacana Komunikasi Pembangunan dalam Novel "Aceh 2025/1446 H" Karya Thayeb Loh Angen

Analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi pragmatik bahasa yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu kalimat, teks dan konteks, sehingga makna yang terkandung dalam kalimat dapat ditafsirkan. Karya sastra seperti novel merupakan media alternatif penyampaian pesan, selain menghibur juga ada banyak muatan pesan yang dapat diambil pelajarannya. Pemilihan dan pemakaian bahasa dalam membuat karangan seperti novel memang menjadi hal yang wajib dilakukan, karena jika pemilihan bahasa tersebut baik, maka kualitas novel tersebut tidak dapat diragukan lagi. Dalam novel “Aceh 2025/1446 H” sangat banyak terdapat muatan pesan komunikasi pembangunan yang disajikan secara fiktif dan imajinatif yang menjadi bahan perbincangan yang sangat ramairamai diperbincangkan sejak pertama kali novel tersebut diluncurkan. Hal ini membuat novel ini menjadi novel yang menarik untuk diteliti secara struktur wacana untuk memahami sisi teks, konteks sosial dan kognisi sosial dari lahirnya novel ini. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis wacana Teun A. Van Dijk. Data penelitian berupa isi cerita yang terdapat dalam novel, baik itu kata, kalimat, maupun paragraf dengan menggunakan teknik pengumpulan data, research document, keabsahan data dilihat dari analisis teks (struktur, konteks sosial dan kognisi sosial). Kesimpulan penelitian ini adalah mengenai temuan pesan-pesan komunikasi pembangunan yang terdapat dalam novel “Aceh 2025/1446 H” dari segi struktur makro dengan tema besar yang terdapat dalam cerita ini yakni: arsitektur Islam, kolaborasi arsitektur Timur, Barat dan Timur Tengah, kolaborasi arsitektur tradisional dan modern, jalur transportasi laut, jalur transportasi darat, tempat wisata buatan, bangunan sejarah dan kebudayaan, dan partisipasi pendidikan. Kemudian dari segi superstruktur dengan skematik atau awal ceritanya memperkenalkan tokoh dalam cerita ini dan asal mula bangkitnya Aceh karena terjadi revolusi putih, setelah itu konflik muncul karena terjadi bencana badai besar di Aceh yang tidak bisa dicegah oleh teknologi pemecah angin hasil temuan ilmuwan-ilmuwan Aceh, kemudian akhir cerita yang menggambarkan kemajuan Aceh hingga tahun 2030 di akhir cerita. Dari segi kognisi sosial cukup menggambarkan sisi kritis pengarangnya yang merupakan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka yang mendambakan Aceh yang berkembang, maju dan bermartabat jauh dari praktik curang para pemimpin. Sementara dari konteks sosial, novel ini merupakan pesan atau amanat pengarang bagi pembacanya, dalam menanamkan semangat mulia untuk memperjuangkan martabat yang seutuhnya dari sebuah bangsa dengan pemerintahan yang bersih dan pembangunan yang inovatif.