Analisis Pencemaran Udara Di Kota Banda Aceh Pada Tahun 2019-2022 Dengan Menggunakan Alat Passive Sampler

Pencemaran udara masuknya unsur-unsur lain ke dalam udara, baik melalui kegiatan manusia maupun proses alam, baik secara langsung maupun tidak langsung, Kota Banda Aceh, salah satu daerah yang mengalami perkembangan pesat pada sektor transportasi, peningkatan jumlah gas buang kendaraan bermotor, terutama sulfur oksida (SO2) dan nitrogen oksida (NO2). SO2 dihasilkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak, serta dapat berasal dari erupsi gunung berapi. Sumber pencemar NO2 berasal dari aktivitas kendaraan bermotor, industri, dan rumah tangga. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan pengambilan sampel udara di Kota Banda Aceh menggunakan alat Passive Sampler selama 14 hari. Parameter yang diukur adalah konsentrasi SO2 dan NO2, kemudian hasil pengukuran dihubungkan dengan data BMKG Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transportasi simpang lima memiliki konsentrasi tertinggi SO2 sebesar 22,47 μg/Nm³ dan NO2 sebesar 17,95 μg/Nm³. Sementara itu, industri tahu solo memiliki konsentrasi tertinggi SO2 sebesar 16,9 μg/Nm³ dan NO2 sebesar 13,44 μg/Nm³. permukiman gampong lampriet memiliki konsentrasi tertinggi SO2 sebesar 10,58 μg/Nm³ dan NO2 sebesar 6,83 μg/Nm³, sedangkan perkantoran balai kota memiliki konsentrasi tertinggi SO2 sebesar 13,87 μg/Nm³ dan NO2 sebesar 12,02 μg/Nm³. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa konsentrasi SO2 dan NO2 di Kota Banda Aceh memenuhi syarat baku mutu.