Kedudukan Niat dan Implikasinya terhadap Keabsahan Talak: Telaah Istinbāṭ Hukum Ibn Qayyim Al-Jauziyyah

Saifannur, 160101104 (2023) Kedudukan Niat dan Implikasinya terhadap Keabsahan Talak: Telaah Istinbāṭ Hukum Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Other thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

[thumbnail of Kedudukan Niat dan Implikasinya terhadap Keabsahan Talak: Telaah Istinbāṭ Hukum Ibn Qayyim Al-Jauziyyah] Text (Kedudukan Niat dan Implikasinya terhadap Keabsahan Talak: Telaah Istinbāṭ Hukum Ibn Qayyim Al-Jauziyyah)
saifannur.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (2MB)

Abstract

Perspektif ulama tentang keabsahan talak masih diperbincangan terutama dalam menentukan penting tidaknya niat dalam talak. Jumhur ulama memandang talak dipandang sah meskipun tanpa ada niat. Ukuran sah tidaknya talak bagi jumhur ialah adanya lafaz yang zahir. Sebagian ulama lain justru mengharuskan adanya niat dalam talak. Salah satu di antara ulama yang mengambil pendapat ini adalah Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian adalah bagaimana kedudukan niat dan implikasinya terhadap keabsahan talak menurut Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, dan bagaimana dalil dan metode istinbāṭ hukum Ibn Qayyim Al-Jauziyyah di dalam menentukan niat sebagai syarat keabsahan talak? Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, adapun jenis penelitian ialah library research dengan sifat analisis analisis-normatif-kualitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa menurut pendapat Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, niat mempunyai kedudukan penting dalam talak. Talak hanya bergantung pada niat si pelaku. Ibn Qayyim menekankan keharusan adanya kesengajaan dan niat dalam talak. Karena itu, Ibn Qayyim berkesimpulan talak yang diucapkan pada saat marah, mabuk, dan terpaksa tidak jatuh dan tidak sah. Di dalam tiga kondisi ini, pelaku tidak berkeinginan mengucapkan talak dan tidak berkeinginan untuk berpisah dengan isteri. Berbeda dengan talak saat kondisi bercanda, Ibn Qayyim justru mengambil pendapat yang terkuat, yaitu talak tetap jatuh. Hal ini karena pelaku secara sadar dan berkeinginan untuk mengucapkan talak walaupun dalam kondisi tidak serius atau bercanda. Dalil Ibn Qayyim Al-Jauziyyah ialah riwayat ḥadīṡ dari Al- Bukhārī tentang amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dalil ini menurut Ibn Qayyim menjadi dasar bahwa niat dalam talak wajib ada, sebab jika tidak ada maka talak yang diucapkan tidak jatuh. Adapun metode istinbāṭ yang dipakai Ibn Qayyim adalah metode bayānī, yaitu metode dengan meneliti atas kaidah-kaidah kebahasaan. Metode bayānī tampak saat Ibn Qayyim memberikan komentar ḥadīṡ riwayat Al-Bukhārī sebagai ḥadīṡ yang mencakup makna umum (‘ām) sehingga berlaku juga pada pelaksanaan talak.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.3 Hukum Perkawinan (Munakahat) > 2X4.331 Talaq
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Hukum Keluarga
Depositing User: Saifannur Saifan
Date Deposited: 22 Jun 2023 03:03
Last Modified: 22 Jun 2023 03:03
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/30026

Actions (login required)

View Item
View Item