Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Pergantian Siang dan Malam Menurut Imam Ibnu Jarīr al-Thabarī

Pergantian siang dan malam merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Swt dan dua waktu tersebut tempat dalam kehidupan di atas bumi. Pemahaman Geosentris sudah berakar kepada Aristoteles berpendapat bahwa bumi sebagai pusat alam semesta, kekal, tenang, tidak bergerak atau berputar. Pendapat ini juga diikuti para ulama falak Islam seperti, al-Kindī, al-Fārābī, dan Ibn Sīnā. Pemahaman ini berlawanan dengan pendapat ahli tafsīr al-Qur’ān di antara yang terawal Ibnu Jarīr al-Thabarī. Skripsi ini melatarbelakangi penelitian dengan dua rumusan masalah 1)Bagaimana penafsiran ayat-ayat pergantian siang dan malam menurut al-Thabarī 2)Bagaimana relevansi penafsiran al-Thabarī tentang pergantian siang dan malam dengan teori ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mauḍū’i dengan jenis pendekatan kepustakaan (library research), dimana Tafsīr Jāmi’ al-Bayān menjadi sumber utama dan didukung oleh buku, kitab tafsīr, kamus Arab, jurnal dan literatur yang berkaitan dengan judul. Hasil penelitian ini bahwa, pergantian siang dan malam terjadi disebabkan perputaran bumi pada porosnya. Selain itu, perputaran tersebut juga memuatkan semua benda-benda langit seperti, matahari, bulan, dan bintang, berputar mengikut garis edarannya dengan perhitungan, karena itulah terjadi perbedaan ukuran waktu panjang dan pendeknya siang dan malam.