Kerjasama Guru PAI dan Orangtua dalam Mengoptimalkan Belajar Anak Pasca Covid-19 pada Kelas V di MIN 39 Aceh Besar

Kerjasama guru dan orangtua sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Kerjasama ini bertujuan untuk membangun komunikasi dalam memantau perkembangan belajar anak sebagai wahana dalam mengoptimalkan belajar anak. Hal ini dibutuhkan karena orangtua adalah madrasah pertama selama anak berada di rumah. Begitu juga kerjasama antara guru PAI dan orangtua sangat penting dalam membantu mengoptimalkan belajar anak pasca Covid-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel penelitiannya adalah kepala sekolah, 4 orang guru PAI dan 32 orangtua anak di MIN 39 Aceh Besar. Teknik pengumpulan data menggunakan: teknik observasi, wawancara, angket dan dokumentasi dan menggunakan teknik analisa data model Miles dan Hubesman. Hasil penelitian skripsi menunjukkan bahwa: 1) Bentuk kerjasama guru PAI dan orangtua dalam mengoptimalkan belajar anak pasca Covid-19 pada kelas V di MIN 39 Aceh Besar yaitu diadakannya pertemuan (rapat) guru dengan orangtua. Pada saat rapat guru dapat menyampaikan progres pendidikan anak selama dikelas, bertukar informasi mengenai potensi, kesulitan serta berbagai masalah yang dialami anak pada saat proses pembelajaran. Guru membuat grup whatsapp pada setiap kelas, adanya komite yang bertugas mengawasi kinerja sekolah. 2) Bentuk optimalisasi belajar yang dilakukan guru PAI pada anak pasca Covid-19 di kelas V di MIN 39 Aceh Besar yaitu, guru melakukan persiapan sebelum memasuki kelas, guru melaksanakan program yang telah disusun, guru membuat RPP, menyiapkan buku cetak, mempersiapkan materi dan bahan ajar, alat peraga. guru membuat quis di awal dan di akhir pembelajaran. sedangkan optimalisasi belajar yang dilakukan oleh orangtua yaitu mendampingi anak mengerjakan PR, mengantar anak ke BIMBEL atau privat di rumah. 3) Kendala yang dihadapi guru PAI dan orangtua dalam mengoptimalkan belajar anak pasca Covid-19 pada kelas V di MIN 39 Aceh Besar yaitu: kurangnya dukungan dari orangtua, kurangnya wawasan guru mengenai ragam media pembelajaran, dan guru juga merasa kesulitan dalam menghadapi tingkah laku anak selama proses belajar mengajar.