Lafaz Julūd Menurut Ibn Kathīr Dan Sayyid Quthb

Kulit adalah salah satu anggota yang disebut menjadi media siksaan bagi orang yang dimasukkan ke dalam neraka kelak untuk diazab oleh Allah Swt. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’ᾱn yang disebut sebanyak tujuh kali berkenaan lafaz julūd. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa tentang penyebutan lafaz julūd dalam Al-Qur’ᾱn berdasarkan tafsir Ibn Kathīr dan tafsir Sayyid Quthb. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran lafaz julūd menurut keduanya. Penelitian ini berbentuk kualitatif, dalam penelitian kepustakaan (library research) dimana Tafsir Ibn Kathīr dan Tafsir fi Zilᾱl Al-Qur’ᾱn menjadi sumber utama, dan bahan perpustakaan yang bersumber dari lainnya seperti kitab, buku, artikel, jurnal menjadi sumber sekunder. Selain itu, penulis juga akan memaparkan tentang penafsiran Ibn Kathīr dan Sayyid Quthb dengan menggunakan metode diskriptif analisis dengan corak fiqhi sehingga menjadi satu kajian yang mendalam dan komprehensif, baik dari segi bi al-ma’tsur maupun bil-ra’yi. Temuan hasil penelitian, penafsiran Ibn Kathīr dan Sayyid Quthb tentang lafaz julūd sangat beragam tergantung pada konteks ayat. Dari tujuh ayat Al-Qur’ᾱn yang terdapat lafaz julūd yang bemakna kulit, terdapat dua ayat yang ditafsirkan berkaitan dengan azab neraka bagi golongan kafir yaitu pada QS al-Nisa ayat 56 dan QS al-Hajj ayat 20. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai saksi di neraka sebagaimana disebut pada QS Fussilat ayat 20, 21, dan 22. Sedangkan dua ayat lagi yaitu pada QS al-Nahl ayat 80 dan QS al-Zumᾱr ayat 23 tidak membahas tentang pengazaban dan saksi di neraka kelak.