Inovasi Pelayanan Publik BBPOM Banda Aceh “Sanger Ureung Aceh”

Masyarakat di Aceh tidak dapat dipisahkan dari kopi, karena itulah warung kopi akan banyak kita temui di berbagai pelosok negeri berjuluk Serambi Mekkah. Warung kopi sebagai salah satu tempat favorit masyarakat Aceh bersantai untuk minum kopi, ajang pertukaran informasi, silaturahmi bahkan bisa menjadi wadah transaksi bisnis. Sayangnya pada Tahun 2018 hingga 2020 ditemukan kopi kemasan mengandung parasetamol dan obat kuat yang berada di Aceh, seperti Kota Banda Aceh. Kemudian BBPOM menemukan sebanyak enam merek kopi kemasan di dapati mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) serta ditemukannya obat tradisional Pil Cap Tupai yang mengandung BKO. Belum lagi pangan yang disajikan di warung kopi, yang tidak terjamin kualitasnya dan masih banyak ditemukan juga pangan yang disajikan di warung kopi tidak terjamin mutu dan keamanannya. Menyikapi masalah tersebut BBPOM di Banda Aceh membuat inovasi pelayanan publik Sanger Ureung Aceh. penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana implementasi serta faktor pendukung dan penghambat inovasi pelayanan publik Sanger Ureung Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi Sanger Ureung Aceh sudah cukup maksimal dengan berjalan komunikasi yang baik, sumber daya yang berkompeten dalam melakukan KIE pangan aman, pengujian pangan serta pemeriksaan sarana pada warung kopi di seluruh Kab/Kota se-Aceh, namun terdapat beberapa kendala seperti anggaran dan SDM BBPOM yang terbatas dan terlalu sedikit dibandingkan dengan sarana yang diawasi. Penelitian ini menyimpulkan implementasi Sanger Ureung Aceh sudah cukup maksimal namun masih terdapat kendala pada anggaran dan SDM terbatas yang tidak sebanding dengan banyaknya sarana yang diawasi.