Identifikasi Bangunan Karantina Haji Di Pulau Rubiah Sabang

Judul skripsi ini adalah "Identifikasi Bangunan Karantina Haji Di Pulau Rubiah-Sabang". Bangunan karantina haji merupakan salah satu situs arkeologi di kawasan Nusantara. Bangunan ini didirikan pada tahun 1920 saat masa penjajahan Belanda. Saat ini, hanya pondasi bangunan yang masih tersisa, sementara terdapat dua bangunan lainnya telah mengalami proses renovasi. Meskipun telah direvitalisasi, struktur-struktur ini dibiarkan terbengkalai, yang berujung pada kerusakan sebagian dari bangunan tersebut akibat faktor alamiah. Pada tahun 1922, Sabang berperan sebagai lokasi keberangkatan dan kedatangan jamaah haji dari Aceh untuk perjalanan menuju Makkah. Ini berarti bahwa calon jamaah haji dari berbagai wilayah harus mengunjungi fasilitas karantina haji yang berada di Pulau Rubiah, Sabang, sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana bentuk identifikasi bangunan karantina haji di Pulau Rubiah Sabang dan Bagaimana fungsi bangunan karantina haji bagi jamaah haji pada masa lampau di Pulau Rubiah Sabang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan mengumpulkan data dan menganalisa secara objektif. Teknik pengumpulan data meliputi penjajagan, survei, dokumentasi, dan wawancara. Setelah semua kegiatan tersebut dilakukan, maka data-data tersebut akan dianalisis menggunakan kaedah arkeologi yaitu analisis morfologi dan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa di situs tersebut terdapat beberapa bangunan karantina yang masih utuh, sementara beberapa bangunan lainnya hanya menyisakan pondasi. Kompleks karantina haji di Pulau Rubiah Sabang memiliki struktur bangunan berbentuk persegi panjang yang terbuat dari beton dengan metode pembuatan yang modern. Setiap bangunan dalam kompleks karantina haji di Pulau Rubiah Sabang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Bangunan pertama berfungsi sebagai bangunan utama dalam kompleks karantina haji. Bangunan kedua difungsikan sebagai asrama karantina haji. Sementara bangunan tiga, penelitian tidak dapat memastikan dengan pasti apakah struktur ini berfungsi sebagai sumur, bak penampung air, atau septic tank. Bangunan empat berperan sebagai dermaga atau pelabuhan.