Pandangan LSM Aceh Tentang Hukuman Cambuk Kepada Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak

Hukuman cambuk bagi pelaku pelecehan seksual masih didialogkan secara tajam oleh banyak pihak, terutama tokoh-tokoh Aceh yang ada pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh. Masalah yang diajukan ialah bagaimana pendapat LSM di Aceh terkait hukuman cambuk pelaku pelecehan seksual, bagaimana hukuman cambuk bagi pelaku pelecehan seksual di Aceh ditinjau perspektif hukum Islam. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, data penelitian dianalisis secara deskriptif-analisis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan LSM Aceh atas hukum cambuk bagi pelaku pelecehan seksual terbagi kepada dua, sebagian berpendapat pro atas hukuman cambuk, sebagian lainnya kontra. Bagi yang pro hukum cambuk beralasan bahwa hukuman cambuk bersufat pilihan, memberi efek jera, adanya efisiensi dari aspek biaya atau cost relatif lebih rendah dari hukuman penjara. Bagi yang kontra beralasan bahwa hukuman penjara lebih tepat dari hukuman cambuk dikarenakan dapat menutup peluang korban bertemu dengan pelaku, pemulihan psikis korban, sanksi cambuk belum seimbang dengan kejahatan pelecehan seksual. Hukuman cambuk pelaku pelecehan seksual diatur dalam Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat yang diberlakukan di Aceh sudah tepat dan juga telah sesuai dengan teori hukum pidana Islam, terutama dalam konteks hukum pidana ta’zir.