Pembinaan Narapidana di Rutan Aceh Singkil Perspektif Hukum Pidana Islam

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kejahatan sebagai salah satu bentuk masalah sosial yang merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Perbuatan kejahatan adalah awal mula seorang Narapidana mendekam di dalam lembaga pemasyarakatan. Sesuai dengan penjelasan diatas maka terdapat tiga rumusan masalah dalam penelitian ini:Bagaimana praktek pembinaan narapidana di Lapas Aceh Singkil?,Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan narapidana di Lapas Aceh Singkil?, Bagaimana praktek pembinaan terhadap narapidana di Lapas Aceh Singkil dilihat menurut perspektif hukum pidana Islam. Adapun Metode penelitian yang di gunakan adalah Deskriptiv Kualitatif yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, kemudian dianalisis sesuai dengan fakta lapangan. Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana di Lapas Aceh Singkil, yaitu: Pembinaan tahap awal, tahap ini dimulai sejak seorang berstatus narapidana yaitu sejak ia diterima, Pembinaan tahap lanjutan, yaitu setelah menjalani masa tahap awal dan berdasarkan hasil sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan, Pembinaan tahap akhir, tahap ini dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dan atau narapidana telah memenuhi syarat-syarat pembebasan. Adapun faktor pendukung pelaksanaan pembinaan seperti sudah ada Tempat ibadah, sarana olahraga, dan pembinaan kemandirian, sedangkan penghambat seperti narapidana yang berbagai latar belakang, budaya dan jenjang sosial sehingga sering mengakibatkan kesalahpahaman yang mengakibatkan keributan. Pembinaan terhadap narapidana di Lapas Aceh Singkil, dalam hukum Islam yaitu hukum ta’zir yang memberikan kesempatan yang luas kepada ulil amri (penguasa, pemimpin, atau hakim) untuk menetapkan hukuman.