Doktrinisasi Keabsahan Salat Jumat Di Kabupaten Aceh Besar

Pelaksanaan salat jumat telah diragukan keabsahannya oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Aceh Besar, hal itu terjadi karena pelaksanaannya dianggap mengabaikan beberapa syarat sehingga sebagian masyarakat melaksanakan kembali salat zuhur setelah jumat. Berdasarkan permasalahan di atas, pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah bagaimana pemahaman masyarakat Kabupaten Aceh Besar tentang salat jumat, faktor apa yang mendorong mereka meragukan keabsahan salat jumat, dan bagaimana pengaruh pemikiran ulama dayah terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Aceh Besar tentang keabsahan salat jumat. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif kritis, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk melihat pemahaman masyarakat terhadap landasan hukum dan tata cara pelaksanaan salat jumat yang telah dirumuskan dalam mazhab Syafi’i, dan pengaruh pemikiran ulama dayah terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Aceh Besar agak ketat dalam memahami dua persayaratan keabsahan jumat: pertama, letak lokasi antara mesjid dalam pelaksanaan salat jumat, dimana adanya aturan tidak boleh ada 2 mesjid atau lebih saling berdekatan yang melaksanakan jumat. Kedua, sebagai persyaratan keabsahan jumat adalah jumlah jamaah minimal 40 orang harus benar-benar memahami persoalan salat jumat. Akibat dari tidak yakin terpenuhinya kedua syarat tersebut, sebagian masyarakat kembali melakukan salat zuhur setelah jumat. Pemahaman masyarakat tentang salat jumat terhegemoni oleh para alumni dayah karena beberapa faktor. Pertama, lahirnya figur-figur ulama dari dayah. Kedua, keaktifan alumni dayah dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan. Ketiga, kharismatik yang dimiliki alumni dayah.