Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beberapa Jenis Rumput Laut dengan Metode DPPH

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi laut yang tinggi. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang daerahnya dikelilingi lautan. Salah satu potensi laut di Aceh adalah rumput laut. Pemanfaatan rumput laut dalam industri sudah banyak dilakukan seperti pada industri makanan, obat- obatan, dan kosmetik. Salah satu kandungan rumput laut yaitu antioksidan. Antioksidan sangat baik dikonsumsi karena dapat bertindak sebagai penangkal/pelindung dari radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari rumput laut terutama yang ada di Aceh. Informasi mengenai aktivitas antioksidan ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan selanjutnya. Bagi para petani juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam budi daya rumput laut jenis tertentu yang kandungan antioksidannya tinggi dan memang dapat dibudidayakan karena tempat tumbuh yang cocok. Mengingat potensi rumput laut yang sangat besar sebagai sumber energi terbarukan dan dalam beberapa kondisi dapat dijadikan sebagai penjerap logam (sisa-sisa limbah industri), pembudidayaan rumput laut di perairan Indonesia akan membantu perekonomian bangsa terutama bagi petani rumput laut dan mendukung kemajuan teknologi yang berbahan dasar rumput laut. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan mengumpulkan beberapa jenis rumput laut terutama di perairan Aceh, diekstrasi secara maserasi, kemudian diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Terdapat beragam jenis rumput laut yang berada di perairan laut Aceh, mamun hanya beberapa jenis saja yang ditemukan dengan jumlah banyak. Jenis rumput laut yang ditemukan adalah Gracillaria verrucose, Sargassum sp., dan Chaetomorpha antennina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak rumput laut semakin meningkat persentase IC50 terhadap radikal bebas. Rumput laut jenis Sargassum sp. memiliki persentase inhibisi yang stabil dari konsentrasi 2 sampai 10 ppm, sehingga menjadi rekomendasi dalam studi ini untuk menjadi pertimbangan dibudidayakan di perairan Aceh.