Perancangan Museum Sejarah Dan Budaya Aceh Tenggara (Pendekatan Neo-Vernakular)

Kutacane merupakan Ibu kota dari kabupaten Aceh Tenggara yang memiliki cerita sejarah dan kebudayaan yang unik. Sebagian masyarakat telah kehilangan jati dirinya dikarenakan hilangnya pemahaman dan perhatian masyarakat serta kurang sensitif untuk memperhatikan peninggalan budaya dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Maka, Aceh Tenggara membutuhkan media pembelajaran yang mampu mempresentasikan sejarah dan budaya kota beserta perkembangannya yang akan memacu masyarakat untuk lebih mencintai kotanya. Media yang paling tepat dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah kota Aceh Tenggara adalah museum. Dengan terbangunnya museum sejarah dan budaya di Aceh Tenggara bertujuan untuk memfasilitasi guna menyimpan berbagai benda peninggalan bersejarah dan sebagai wahana konservasi kebudayaan masyarakat Aceh Tenggara. Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur (Neo-Vernakular) yang diterapkan pada perancangan museum sejarah dan budaya Aceh Tenggara, sehingga terpacu terciptanya sebuah konsep Culture of Alas yaitu suatu konsep yang diperoleh dari karakteristik dengan mengambil nilai-nilai kearifan lokal setempat, baik nilai budaya, material lokal, maupun simbol-simbol secara arsitektural. Penerapan konsep ini agar museum menjadi Icon kota dengan ciri khas unsur budaya yang lebih menarik perhatian masyarakat setempat baik wisatawan Negara maupun Mancanegara.