Pendapat Rāghib Al-Sirjānī Tentang Kriteria Presiden

Pemilihan presiden dalam hubungannya dengan spesifikasi kriteria yang dimiliki calon presiden memang menjadi diskusi dan perdebatan di kalangan ahli hukum hingga sekarang ini. Rāghib Al-Sirjānī merupakan salah satu ulama kontemporer yang menyebutkan secara rinci kriteria presiden. Meskipun begitu, ada beberapa kriteria yang ia ajukan justru bersinggungan dengan pemilihan presiden di dalam konteks saat ini. Untuk itu, permasalahan yang diajukan adalah pertama, apa saja kriteria seseorang yang mempunyai kualifikasi sebagai presiden menurut Rāghib Al-Sirjānī? Kedua, bagaimanakah relevansi pendapat Rāghib Al-Sirjānī tentang kriteria presiden dilihat dalam konteks pemilihan presiden saat ini?. Metode Penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif normatif, sedangkan jenis penelitian adalah studi kepustakaan (library research) yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kriteria seseorang yang memiliki kualifikasi sebagai presiden menurut Rāghib Al-Sirjānī harus memenuhi minimal 10 (sepuluh) kriteria, yaitu tidak mempunyai keinginan kuat untuk menjadi presiden (tidak tamak atau haus kekuasaan), memiliki program dan visi-misi, rekam jejak yang baik, memahami kondisi negara, berkepribadian bijak kharismatik, memahami hukum administrasi dan tata negara, mengedepankan musyawarah, berakhlak yang baik, laki-laki, dan harus bertatus muslim. Kedua, dalam konteks kekinian, pendapat Al-Sirjānī cenderung tidak relevan, karena ada pemilihan presiden saat ini selalu mengedepankan demokrasi, memberi peluang bagi siapa saja menjadi presiden, tidak mengenal gender dan status agama.