Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia di Kecamatan Serbajadi dan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu spesies mamalia yang keberadaannya saat ini semakin terancam. Timbulnya konflik gajah dan manusia akibat adanya aktifitas perambahan hutan, perburuan gading, ketersediaan pakan gajah di alam berkurang dan terputusnya area jelajah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang terdaftar dalam red list data book IUCN (International Union for Conservation of Nature), dengan status terancam punah dan masuk dalam kategori Appendix I. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui jumlah terjadinya konflik gajah dan manusia, untuk mengetahui sebaran terjadinya konflik gajah dan manusia, dan untuk mengetahui jenis mitigasi konflik apa saja yang dilakukan apabila terjadi konflik gajah dan manusia di kecamatan Serbajadi dan Pante Bidari. Penelitian ini dilakukan di CRU Serbajadi menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu metode pendekatan dan analisis masalah yang melibatkan masyarakat untuk bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka untuk merumuskan suatu perencanaan dan kebijakan secara nyata. Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa jumlah konflik gajah dan manusia pada tahun 2021-2022 tercatat ada 24 kasus yang tersebar di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Serbajadi dan Pante Bidari. Adapun sebaran konflik gajah dan manusia pada tahun 2021 di Kecamatan Serbajadi ada 13 kasus di Desa Bunin dan 9 kasus di Kecamatan Pante Bidari yang tersebar di dua Desa yaitu, Desa Sijudo 5 kasus dan Desa Sah Raja 4 kasus. Selanjutnya pada Januari 2022 terhitung ada 2 kasus konflik gajah dan manusia di Desa Bunin Kecamatan Serbajadi. Adapun mitigasi konflik yang dilakukan yaitu melakukan penggiringan menggunakan mercon, membuat api-apian, pemantauan gajah yang dipasangi GPS Collars menggunakan AWT TRACKER, dan juga melakukan patrol rutin.