Variasi Lafaz yang Bermakna Cahaya dalam Al-Qur’an

Terdapat beberapa fenomena tata bahasa di dalam al-Qur’an seperti ada dua kata yang memiliki makna yang sama, ada lagi beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan satu makna. Pada umumnya, lafaz-lafaz yang terkandung dalam al-Qur’an memiliki makna tersendiri. Apabila lafaz tersebut disandingkan dengan kata tertentu ataupun lafaz yang lain, akan membentuk suatu makna yang berbeda. Salah satunya dapat dilihat pada lafaz nūr yang umumnya dimaknai dengan cahaya. Namun, lafaz yang bermakna cahaya di dalam al-Qur’an tidak hanya dinyatakan dengan lafaz nūr. Terdapat lafaz lain yang menunjukkan kepada makna cahaya, diantaranya lafaz ḍiyāʻ dan sirāj. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan metode mawḍūʻi dengan jenis penelitian kepustakaan. Hasil penelitian lafaz nūr disebutkan sebanyak 43 kali di dalam al-Qur’an yang terdapat pada 35 ayat dan 22 surah dengan berbagai derivasi, untuk menunjukkan cahaya yang bersumber dari dirinya sendiri dan ada juga cahaya yang bersumber dari pantulan cahaya lain apabila dikaitkan dengan bulan. Lafaz ḍiyāʼ disebutkan sebanyak 6 kali dalam al-Qur’an dengan berbagai bentuk untuk benda-benda yang cahayanya bersumber dari dirinya sendiri, seperti matahari, api, kilat dan minyak zaitun. Lafaz sirāj disebutkan sebanyak 4 kali yang hanya dengan 1 bentuk di dalam al-Qur’an untuk menunjukkan cahaya yang bersumber dari dirinya sendiri.