Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Self Acceptance Pada Remaja Dalam Keluarga Polri Di Polresta Banda Aceh

Pola asuh otoriter yang diberlakukan pada remaja dalam keluarga POLRI menyebabkan remaja menjadi rendah diri dan kurang menghargai diri. Pengekangan serta hukuman yang diberlakukan oleh orang tuanya membuat remaja menjadi cemas atau bahkan menjadi pembangkang sehingga self acceptance pada remaja menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pola asuh otoriter dengan Self Acceptance pada remaja dalam keluarga POLRI di Polresta Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Skala Pola asuh otoriter yang digunakan peneliti berdasarkan teori Baumrind (1991) yang memiliki empat aspek, yaitu: kontrol, kasih sayang, komunikasi, dan tuntunan kedewasaan., dan skala Self Acceptance berdasarkan teori Hurlock (2002) yang memiliki empat aspek, yaitu: merasa puas terhadap diri sendiri, tidak prihatin akan adanya reaksi sosial, memiliki kemandirian, dan menghargai diri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 152 Remaja. Hasil penelitian menunjukkan koefesien korelasi sebesar -0,534, dengan p = 0.00, yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pola asuh otoriter dengan self acceptence pada remaja dalam keluarga POLRI di Polresta Kota Banda Aceh. Artinya semakin tinggi pola asuh otoriter maka semakin rendah self acceptence pada remaja dalam keluarga POLRI di Polresta Kota Banda Aceh. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh otoriter maka semakin tinggi self acceptence pada remaja dalam keluarga POLRI di Polresta Kota Banda Aceh.