Hukum Belajar Mengajar Membaca Al-Quran Ketika Haid (Studi Perbandingan Malikiyah Dan Syafi’iyah)

Nurul Syifa Binti Zarkasi, 160103028 (2023) Hukum Belajar Mengajar Membaca Al-Quran Ketika Haid (Studi Perbandingan Malikiyah Dan Syafi’iyah). Other thesis, UIN Ar-Raniry Fakultas Syariah dan Hukum.

[thumbnail of Hukum Belajar Mengajar Membaca Al-Quran Ketika Haid (Studi Perbandingan Malikiyah Dan Syafi’iyah)] Text (Hukum Belajar Mengajar Membaca Al-Quran Ketika Haid (Studi Perbandingan Malikiyah Dan Syafi’iyah))
Nurul Syifa, 160103028, FSH, PMH.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (4MB)

Abstract

Setiap institusi pengajian pasti ada kurikulum atau target untuk menyelesaikan pendidikannya khususnya hafalan al-Quran. Permasalahan ini terjadi apabila perempuan, baik itu guru atau murid mengalami haid. Terkadang guru itu sendiri kurang memahami hukum ini sedangkan muridnya itu hanya mengikuti perbuatan gurunya. Dalam tempoh haid ini menurut Mazhab Syafi’i haram bagi wanita haid untuk membaca, memegang dan membawa mushaf. Apabila guru dan pelajar perempuan menjadikan pendapat Mazhab Syafi’i sebagai landasan, maka ada kemungkinan seorang murid itu tidak akan mencapai targetnya karena masa haid itu berbeda-beda. Penulis melakukan jenis penelitian kualitatif atau hukum yuridis normatif. Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah diskriptif dan komparatif. Jumhur ulama’ mengharamkan wanita haid memegang atau menyentuh mushaf dan mereka berbeda pendapat tentang wanita haid boleh membaca al-Quran. Hukum belajar mengajar al-Quran ketika haid menurut Mazhab Syafi’i adalah harus dengan syarat tidak menyentuh mushaf al-Quran serta bertujuan menjaga hafalan agar tidak lupa. Menurut Mazhab Maliki perempuan haid boleh membaca al-Quran dan membenarkan memegang mushaf khusus untuk guru dan pelajar perempuan. Dalam mengistinbatkan hukum belajar mengajar baca al-Quran ketika haid, Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi’i menggunakan dalil hadis yang berbeda. Mazhab Syafi’i menganggap hadis dari Ibnu Umar itu hasan manakala Mazhab Maliki menganggapnya dhaif. Mazhab Maliki juga menggunakan istihsan sebagai pengecualian hukum kepada guru dan murid. Tetapi Mazhab Syafi’i menggunakan qiyas dengan menyamakan orang haid dengan orang yang junub. Dari paparan di atas dapat disimpulkan pendapat Mazhab Maliki yang sesuai digunakan dalam konteks belajar mengajar karena tanpa mushaf proses pembelajaran akan terjejas dan akan mengakibatkan dampak yang negatif kepada murid maupun guru karena kesulitan untuk mencapai target kurikulum yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 000 Computer Science, Information and System
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Perbandingan Mazhab
Depositing User: Nurul Syifa Binti Zarkasi
Date Deposited: 02 Nov 2023 02:48
Last Modified: 02 Nov 2023 02:48
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/33720

Actions (login required)

View Item
View Item