Hukuman Pelaku Siḥāq (Lesbian) (Studi Perbandingan Pemikiran Ibnu Taimiyah Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

Abdillah Syah Rahman, 180103026 (2024) Hukuman Pelaku Siḥāq (Lesbian) (Studi Perbandingan Pemikiran Ibnu Taimiyah Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah). Other thesis, UIN Ar-Raniry Fakultas Syariah dan Hukum.

[thumbnail of Hukuman Pelaku Siḥāq (Lesbian) (Studi Perbandingan Pemikiran Ibnu Taimiyah Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)] Text (Hukuman Pelaku Siḥāq (Lesbian) (Studi Perbandingan Pemikiran Ibnu Taimiyah Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah))
Abdillah Syah Rahman, 180103026, FSH, PMH.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (3MB)

Abstract

Lesbian atau siḥāq merupakan bentuk homoseks berupa kecenderungan seksual kepada sesama jenis perempuan. Para ulama sepakat tentang larangan melakukan siḥāq, akan tetapi berbeda dalam menetapkan hukumannya. Ibn Taimiyah beserta muridnya Ibn Qayyim Al-Jauziyyah berbeda pandangan tentang hukuman pelaku siḥāq. Permasalahan yang diajukan ialah apa hukuman pelaku siḥāq menurut Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, dan bagaimana metode istinbath yang digunakan oleh Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim Al-Jauziyyah dalam menentukan hukuman pelaku siḥāq? Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan konseptual, dengan jenis penelitian hukum normatif atau doktrinal. Hasil penelitian ini bahwa menurut Ibn Taimiyah, hukum pelaku siḥāq sama dengan hukuman zina. Pelaku siḥāq memiliki kesamaan dengan perilaku liwāṭ, yaitu sama-sama memunculkan syahwat. Meskipun demikian, hukuman liwāṭ menurut Ibn Taimiyah lebih tinggi dari hukuman zina dan siḥāq, yaitu pelaku liwāṭ dihukum mati. Adapun menurut Ibn Qayyim, hukuman pelaku siḥāq adalah ta’zir, berupa pembalasan atas dosa dan ta’dib atau pendidikan. Perilaku siḥāq tidak dapat disamakan dengan perilaku liwāṭ, karena pelaku siḥāq tidak sampai melakukan hubungan senggama ataupun penetrasi. Metode istinbāṭ Ibn Taimiyah ialah metode ta’lili dan metode bayani. Metode ta’lili tampak pada saat Ibn Taimiyah menganalisis adanya illat hukum antara siḥāq dengan liwāṭ, yaitu sama-sama ada syahwat. Adapun metode bayani tampak di saat Ibn Taimiyah mengutip hadis dari Al-Thabrani yang menyatakan pelaku siḥāq sama dengan pelaku zina. Hadis tersebut bersifat sharih atau jelas sehingga sanksi pelaku siḥāq adalah sama dengan zina. Adapun metode istinbāṭ yang digunakan oleh Ibn Qayyim adalah metode ta’lili. Hal ini terlihat pada saat Ibn Qayyim melihat adanya dalil hadis riwayat dari Abu Musa Al-Asy’ari yang menyebutkan perempuan melakukan senggama sesama perempuan sama dengan berzina dalam arti yang umum, bukan dalam makna zina hakiki, sebab illat hukum yang ia gunakan adalah siḥāq tidak sampai pada hubungan senggama, sementara pada zina hakiki terdapat hubungan senggama.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 000 Computer Science, Information and System
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Perbandingan Mazhab
Depositing User: Abdillah Syah Rahman
Date Deposited: 11 Jan 2024 03:54
Last Modified: 11 Jan 2024 03:54
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/34732

Actions (login required)

View Item
View Item