Tradisi Woe Sikureueng Dalam Adat Perkawinan Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

Cut Ananda Rizkya, 190501018 (2023) Tradisi Woe Sikureueng Dalam Adat Perkawinan Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Other thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

[thumbnail of Tradisi  Woe Sikureueng Dalam Adat Perkawinan Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat] Text (Tradisi Woe Sikureueng Dalam Adat Perkawinan Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat)
skripsi kia fix.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (5MB)

Abstract

Judul skripsi ini adalah Tradisi Woe Sikureung Dalam Adat Perkawinan di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Tradisi woe sikureung merupakan suatu praktik budaya dalam adat perkawinan yang senantiasa dilakukan untuk membantu kedua mempelai dalam mengenal dan melakukan pendekatan tanpa merasa canggung satu sama lainnya, selain itu tradisi ini juga memiliki nilai moral. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi woe sikureung, tata cara prosesi dari tradisi woe sikureung, dampak dari tradisi woe sikureung bagi kedua mempelai dan masyarakat dan perubahan tradisi woe sikureung dari zaman dulu hingga sekarang. Penelitian ini menggunaan metodologi kualitatif bersifat deskriptif, analitis dan empiris. Instrument penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, data yang didapatkan dianalisa dengan cara mereduksi data, mendisplay data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tradisi woe sikureung telah dilakukan sejak zaman dulu yang memiliki filosofi dan makna tersendiri yang diibaratkan sebagai rasa malu pengantin pria (lintô barô) terhadap keluarga pengantin wanita (dara barô), Tata cara pelaksanaan tradisi woe sikureung dengan mengantarkan lintô barô mulai dari malam pertama setelah acara walimah hingga malam ke tujuh sedangkan malam ke delapan lintô barô dilarang pulang ke rumah dara barô karena alasan pantang malam lapan dan akan kembali pulang pada malam ke sembilan namun pada malam ini lintô barô akan pulang sendiri tidak akan diantar lagi oleh teman-temannya. Pada saat lintô barô pulang ke rumah dara barô akan membawa peunewoe berupa makanan ringan dan sembako untuk dara barô, dampak tradisi woe sikureung bagi kedua mempelai pengantin adalah sebagai nilai kekerabatan dan membantu kedua mempelai untuk melakukan pendekatan dan mengenal satu sama lain tanpa rasa malu dan canggung sedangkan dampaknya bagi masyarakat adalah sebagai nilai moral. Tradisi woe sikureung dari zaman dulu dengan sekarang sudah banyak mengalami perubahan salah satunya perubahan waktu pelaksanaannya jika zaman dulu dilakukan antat lintô malam setelah sholat isya maka saat ini dilakukan pada siang hari selain itu pada zaman dulu woe lintô dilakukan selama sembilan malam sedangkan sekarang hanya dilakukan sehari saja pada saat acara walimah.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 300 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 306 Kebudayaan dan Pranata
Divisions: Fakultas Adab dan Humaniora > S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam
Depositing User: Cut Ananda Rizkya Cut
Date Deposited: 22 Feb 2024 02:57
Last Modified: 22 Feb 2024 02:57
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/35591

Actions (login required)

View Item
View Item