Fenomena Flexing di Media Sosial dalam Pandangan Al-Qur’an

Fenomena flexing di media sosial memperlihatkan tergerusnya nilai-nilai spiritual karena kekayaan, kebahagiaan dan pencapaian keberhasilan tidak lagi dilihat sebagai ekspresi rasa syukur dalam diri semata melainkan diposisikan sebagai kenikmatan yang bergantung pandangan orang lain. Maka pada penelitian ini, peneliti ingin mencari pandangan Al-Qur’an terhadap pembahasan fenomena flexing. penelitian ini bersifat kepustakaan atau library research dengan metode maudhu’i. Kata flexing tidak ada secara teksnya langsung di dalam Al-Qur’an. Namun, dalam penelitian ini ditelusuri dan dibahas yaitu berdasarkan kata yang berkaitan dengan flexing seperti ; riyā’, ṭama‘,‘ujub, takabbur, ḥubbun al-dunyā, isrāf, tabdhīr, takāthur. Dari hasil penelusuran penulis, ayat-ayat yang berkaitan dengan perilaku flexing dapat dikategorikan menjadi lima klasifikasi, yaitu (1) tentang melakukan sesuatu karena mengharapkan pujian, (2) sombong karena memiliki harta, kekuatan dan kelebihan, (3) larangan bersikap sombong dan membanggakan diri, (4) lalai karena kenikmatan dunia, (5) larangan berperilaku boros dan berlebihan. Di antara solusi yang ditawarkan oleh para mufassir dalam menyikapi fenomena flexing yaitu mengetahui bahwa setiap kenikmatan yang diperoleh akan dipertanyakan di akhirat kelak, menziarahi kubur, dan mengetahui hak dan kewajiban dalam memperlakukan harta.
Kata kunci: Fenomena, Flexing, Al-Qur’an