Pandangan Mufasir Terhadap Surat An-Najm Ayat 39 Dalam Pengamalan Hadiah Pahala

Asri Firdausia, 160303028 (2024) Pandangan Mufasir Terhadap Surat An-Najm Ayat 39 Dalam Pengamalan Hadiah Pahala. Other thesis, UIN Ar-Raniry Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

[thumbnail of Pandangan Mufasir Terhadap Surat  An-Najm Ayat 39 Dalam Pengamalan Hadiah Pahala] Text (Pandangan Mufasir Terhadap Surat An-Najm Ayat 39 Dalam Pengamalan Hadiah Pahala)
Asri Firdausia, 160303028, FUF, IAT.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (6MB)

Abstract

Dalam Al-Qur’an Allah Swt telah menegaskan bahwasanya seseorang hanya mendapat pahala sesuai apa yang dikerjakannya. Namun dalam ayat ini terjadi perbedaan dalam penafsiran yang dilakukan oleh para mufasir, hingga kenyataan yang terjadi saat ini dalam kehidupan masyarakat terjadinya pengamalan penghadiahan pahala, khususnya menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an kepada orang yang telah meninggal. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai tidaknya pahala kepada seseorang yang diniatkan, dan bagaimana tanggapan para mufasir berdasarkan penafsiran ayat tersebut. Penelitian dalam skripsi ini menekankan terhadap pandangan tokoh para mufasir seperti Ibnu Katsir, al-Jasshas, Quraish Syihab, al-Qurtubi dan bagaimana metode yang digunakannya dalam menafsirkan ayat tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah perpustakaan (library research). Dalam menganalisis data yang ditemukan, penulis menggunakan metode muqaran (komperatif). Metode ini penulis gunakan untuk membandingkan pandangan tokoh mufasir terhadap penafsiran surat an-Najm ayat 39 yang menyebutkan sampai dan tidaknya pahala terhadap orang meninggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Qurtubi dan Quraish Syihab berkesimpulan bahwa amalan ini boleh dilakukan dan pahalanya akan sampai kepada orang meninggal disebabkan perbuatan ini termasuk perbuatan yang baik dan amalan ini juga buah daripada keimanan seseorang kepada Allah. Alasan ulama yang membolehkan pengamalan ini atas dasar menqiyaskannya dengan doa. Sementara Ibnu katsir dan al-Jasshas mengambil kesimpulan bahwa amalan ini tidak boleh dilakukan disebabkan amalan ini tidak dianjurkan oleh Rasulullah, dan amalan ini termasuk bagian daripada ibadah-ibadah badaniah. Alasan ulama yang tidak membolehkan pengamalan ini atas dasar mengqiyaskannya dengan ibadah shalat.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 200 Religion (Agama)
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Asri Firdausia
Date Deposited: 08 Mar 2024 03:24
Last Modified: 08 Mar 2024 03:24
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/36029

Actions (login required)

View Item
View Item