Hafalan Al-Quran Sebagai Mahar Dalam Perspektif Mufasir

Menurut sosio-historis disebutkan bahwa kadar minimal suatu mahar berupa cincin dari besi. Minimal mahar dalam kadar ini disebabkan adanya ketidaksanggupan dalam memenuhi standar suatu mahar. Dalam konteks maqashid salah satu tujuan pensyari’atan mahar sebagai bentuk hifzu al-nafs, yaitu bentuk perlindungan dan kemandirian terhadap keberlangsungan hidup perempuan apabila terjadi ketidak-stabilan, yakni suami meninggal. Kenyataannya fenomena yang terjadi di zaman sekarang pengamalan mahar dalam bentuk hafalan Al-Quran hanya dibaca saja, padahal dalam Al-Quran disebutkan bahwa mahar adalah pemberian sukarela yang bernilai, jelas dan dapat dimiliki. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar mahar dalam Al-Quran, menjelaskan pandangan mufasir dalam konteks hafalan Al-Quran sebagai mahar, dan menganalisis Al-Quran sebagai mahar dalam konteks kehidupan masyarakat kontemporer. Adapun jenis penelitian ini adalah library research, dalam menganalisis data menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar mahar yang disebutkan dalam Al-Quran adalah dalam bentuk harta. Adapun mahar dalam bentuk pengajaran Al-Quran dalam pandangan tokoh mufasir Al-Thabari, al-Qurthubi, Wahbah az-Zuhaili dan Quraish Shihab melarangnya, karena syarat suatu pernikahan haruslah dengan mahar yang diketahui dan sempurna, maka hendaknya mencari dan berusaha menghalalkan istri dengan harta-harta yang dimiliki.