Epistemologi Kekadiman Alam Dalam Tahafut Al-Falasifah Dan Tahafut Al-Tahafut

Diskursus mengenai proses penciptaan alam semesta telah mencetuskan dua kubu di kalangan umat Islam. Para filosof muslim yang dipengaruhi teori emanasi dari filsafat Yunani menyebutkan bahwa alam semesta bersifat kadim. Di sisi lain teolog yang beraliran ahlu al-sunnah wa al-jamaah menyatakan bahwa tidak mungkin ada yang kadim selain Allah. al-Ghazali dengan latar belakang teolognya mengkritik konsep kekadiman alam dalam bukunya Tahafut al-Falasifah yang kemudian direspon oleh Ibnu Rusyd dengan karyanya Tahafut al-Tahafut. Kajian literatur dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif komparatif antara buku Tahafut al-Falasifah dan Tahafut al-Tahafut yang menjadi sumber data primer. Sedangkan berbagai literatur lainnya yang juga berhubungan dengan topik kekadiman alam menjadi sumber data sekunder. Hasil penelitian ini adalah bantahan antara al-Ghazali dan Ibnu Rusyd tentang konsep kekadiman alam yang terangkum dalam empat poin utama yaitu: (1) argumen tarjih dan murajjih, (2) argumen taqaddum zamani, (3) argumen al-imkan, dan (4) argumen al-maddah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan interpretasi makna kadim membawa perbedaan yang sangat signifikan dalam pandangan para filosof hingga mendapatkan vonis kafir oleh al-Ghazali.