Ya’jūj Dan Ma’jūj Menurut Perspektif Al-Qurṭubī Dan Buya Hamka

Perubahan penafsiran dari waktu ke waktu terkadang mengakibatkan penafsiran sebagian ulama tafsir mengalami perbedaan pendapat ketika menafsirkan, baik berupa kata maupun kalimat. Seperti yang terdapat pada penelitian ini adanya perbedaan cara pandang tentang Ya’jūj dan Ma’jūj yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penafsiran Ya’jūj dan Ma’jūj dari kedua mufasir dan menelusuri perbedaan dari penafsiran tersebut serta latar belakang terjadinya perbedaan pada penafsiran kedua mufasir. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode muqaran yaitu membandingkan pendapat kedua mufasir ketika memahami Ya’jūj dan Ma’jūj juga melakukan analisis untuk mendeskripsikan sebab terjadinya perbedaan penafsiran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut al-Qurṭubī Ya’jūj dan Ma’jūj merupakan keturunan Yāfith yang memiliki wujud seperti binatang melata, sedangkan menurut Buya Hamka adalah sifat yang melekat pada manusia seperti sifat buruk, niat jahat dan ideologi sesat. Terdapat perbedaan penafsiran dari kedua mufasir tersebut ketika menjelaskan dari segi asal usulnya, kerusakan yang dilakukan, serta waktu keluarnya Ya’jūj dan Ma’jūj. Terjadinya perbedaan tafsiran ini disebabkan kedua mufasir mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menafsirkan Ya’jūj dan Ma’jūj. Al-Qurṭubī menggunakan analisis lughawī (kebahasaan) dengan mengutip riwayat dari para sahabat dan ulama, ia juga mengutip hadits-hadits yang berkaitan. Buya Hamka melakukan pendekatan dengan investigasi fenomena linguistik kebahasaan yang bergantung terhadap sudut pandangnya sendiri.