Analisis Hukum Patah Titi Dalam Pembagian Waris di Kota Sabang (Tinjauan Menurut Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam Tentang Ahli Waris Pengganti)

Nur Muhajirah Siagian, 180106018 (2025) Analisis Hukum Patah Titi Dalam Pembagian Waris di Kota Sabang (Tinjauan Menurut Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam Tentang Ahli Waris Pengganti). Other thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of Nur Muhajirah Siagian, 180106018 (2024).pdf] Text
Nur Muhajirah Siagian, 180106018 (2024).pdf

Download (5MB)

Abstract

Permasalahan mengenai kewarisan banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah warisan patah titi atau secara formal disebut dengan ahli waris pengganti, salah satunya di Aceh Kota Sabang, dimana masyarakat tersebut masih menggunakan sistem patah titi untuk setiap anak-anak yang ditinggal oleh orang tua sebagai ahli waris pengganti. Hal ini sebagian masyarakat Aceh memutuskan bahwa anak-anak dari orang tua yang meninggal terlebih dahulu dari pewaris tidak mendapatkan harta warisan dikarenakan anak tersebut tidak ada pembagian yang rinci didalam Al-Qur’an sehingga anak tersebut terhalang mendapatkan warisan dari kakek-kakeknya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab mengetahui bagaimana konsep kewarisan patah titi dalam masyarakat Sabang dan untuk menjawab analisis kewarisan patah titi dalam masyarakat Sabang di tinjau dari Pasal 185 KHI Tentang Ahli Waris pengganti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris dengan pendekatan undang-undang. Adapun hasil penelitian konsep kewarisan patah titi dalam masyarakat Sabang pada pelaksanaan patah titi dalam pembagian warisan di Gampong Kuta Timu Kota Sabang masih dipakai hingga sekarang meskipun telah dikeluarkan peraturan tentang adanya ahli waris pengganti dalam pembagian warisan menurut hukum Islam yaitu pada KHI. Analisis kewarisan patah titi dalam masyarakat Sabang di tinjau dari Pasal 185 KHI Tentang Ahli Waris pengganti jika dilihat dari Pelaksanaan patah titi ini masih memberikan dampak negatif daripada positifnya karena salah dalam menilai makna patah titi itu sendiri dan persoalan patah titi ini tidak hanya sebatas pada pembagian warisan saja bahkan membuat hubungan kekeluargaan menjadi tidak harmonis lagi. Selain itu pada pembagian harta warisan ahli waris pengganti ada dua kemungkinan yaitu mendapat harta warisan atau tidak. Bagi cucu yang sebagai patah titi mendapat harta melalui hibah, sedangkan bagi cucu yang sebagai ahli waris pengganti mendapat harta melalui warisan.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 300 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 340 Law/Ilmu Hukum
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Ilmu Hukum
Depositing User: Nur Muhajirah Siagian
Date Deposited: 15 Jan 2025 04:07
Last Modified: 15 Jan 2025 04:07
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/41160

Actions (login required)

View Item
View Item