Pandangan terhadap Toleransi Beragama di Pesantren Darul Muta’allimin, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil

Agama mempunyai fungsi untuk memberi petunjuk dan mengarahkan manusia agar lebih baik, namun perlu diingat bahwa sesama pemeluk agama juga dapat menimbulkan konflik-konflik di masyarakat. Negara Indonesia sendiri mempunyai berbagai agama yang diakui dan dijamin keberadaannya oleh pemerintah, keadaan yang demikian hendaklah antara satu dengan yang lainnya dapat menghormati keyakinan dari masing-masing pemeluk agama atau yang lazim disebut dengan istilah toleransi beragama. Kini, derajat toleransi beragama yang makin menurun di masyarakat perlu diberinpemahaman kembali sistem dan pendidikan yang berkaitan dengan upaya pengembangan sikap toleransi beragama dalam masyarakat, terlebih lagi masyarakat Aceh Singkil yang mempunyai potensi konflik antar agama lebih besar dari pada daerah yang ada di Provinsi Aceh, oleh karena itu sumbangan sekolah bagi pembentukan karakter peserta didik sangat diperlukan terlebih lagi peserta didik di pesantren-pesantren yang kurang dalam pemahaman terhadap agama di luar Islam dan biasanya di Aceh Singkil, alumni pesantren akan menjadi panutan di masyarakat. Terlebih lagi Pesantren Darul Muta’allimin yang merupakan pesantren tertua di Aceh Singkil dan dapat dipercaya membentuk karakter para santrinya, oleh karena itu sikap dan perbuatan para alumni Darul Muta’allimin sangat berpengaruh besar terhadap keputusan masyarakat tentang berbagai hal, seperti kejadian pembakaran rumah ibadah pada tahun 2015 silam berkaitan dengan salah satu alumni Darul Muta’allimin yang menjadi provokatornya, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana pandangan Pesantren Darul Muta’allimin tentang toleransi beragama. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research) yang bersifat kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan guru dan santri Darul Muta’allimin sangat positif terhadap toleransi beragama, walaupun masyarakat Aceh Singkil belum sepenuhnya menerapkan sikap toleransi beragama tersebut, sehingga konflik agama tidak dapat dihindari, namun para guru dan santri juga ingin Aceh Singkil hidup tentram, damai dan harmonis tanpa ada konflik agama dan dalam hal pembentukan karakterpun para guru juga telah menanamkan sikap toleransi beragama melalui pelajaran tafsir, hadits dan sejarah nabi kepada para santri. Jadi, tidak ada pembelajaran yang mengajarkan untuk tidak menghargai agama selain Agama Islam.