Agus Sariska, 140103037 (2018) Hukum Membaca Al-Quran (al-Fatihah) dengan Melihat Mushaf dalam Ṣalat (studi Perbandingan Mazhab Hanafi dengan Mazhab Syafi’i. Skripsi thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
AGUS SARIKA.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (3MB) | Preview
Abstract
Para ulama sepakat bahwa ṣalat tidak sah tanpa membaca al-Quran, baik sengaja atau tidak. Kewajiban ini bagi yang mampu membacanya, sedangkan bagi yang tidak mampu membacanya karena tidak hafal maka boleh baginya untuk membaca zikir sebagai pengganti ayat al-Quran. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca al-Quran dengan melihat mushaf dalam ṣalat, sebagian ulama membolehkannya dan sebagian yang lain melarangnya. Pertanyaan penelitian yang terdapat dalam tulisan ini adalah bagaimana pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i tentang hukum membaca al-Quran dengan melihat mushaf dalam ṣalat dan apa metode istinbath hukum yang digunakan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i tentang hukum membaca al-Quran dengan melihat mushaf dalam ṣalat dan untuk mengetahui metode istinbath hukum yang digunakan mazhab Hanafi dan Syafi’i. Untuk mendapatkan jawaban, penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif comperativeyaitu suatu metode dimana penulis memaparkan data hasil Analisa sedemikian rupa dengan cara menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian perpustakaan (Library Research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum membaca al-Quran dengan melihat mushaf dalam ṣalat antara mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i berbeda. Menurut mazhab Hanafi tidak sah ṣalatnya apabila ia melihat ayat al-Quran pada mushaf karena akan terjadi gerakan di luar perbuatan ṣalat, akan tetapi apabila ia hanya melihat tulisan ayat al-Quran pada dinding tanpa melakukan perbuatan/ gerakan yang banyak maka ṣalatnya sah. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i sah ṣalatnya apabila ia melihat ayat al-Quran pada mushaf. Hal ini berlaku baik untuk ayat yang ia hafal maupun ayat yang tidak dihafal. Bahkan wajib hukumnya melihat mushaf jika ia belum mampu menghafal surah al-fatihah. Jika ia membolak-balik halaman mushaf itu pada waktu tertentu dalam ṣalatnya, hal ini tidak membatalkan ṣalat. Sedangkan metode istinbath hukum yang digunakan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i terdapat perbedaan, yaitu berbeda dalam menggunakan hadis sebagai landasan hukum membaca al-Quran dengan melihat mushaf dalam ṣalat. Dan mereka menggunakan penalaran bayani dalam permasalahan ini.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: 1. Prof. Dr. H. Muslim Ibrahim, MA 2. Saifuddin Sa’dan, M. Ag |
Uncontrolled Keywords: | Membaca al-Quran, melihat mushaf, salat |
Subjects: | 200 Religion (Agama) > 203 Ibadah Umum dan Praktik lainnya 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X0 Islam 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.1 Ibadah > 2X4.12 Shalat 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X7 Filsafat dan Perkembangan > 2X7.4 Pemurnian dan Pembaharuan Pemikiran > 2X7.42 Pembaharuan dan Pemikiran dalam Islam |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > S1 Perbandingan Mazhab |
Depositing User: | Agus Sariska Agus |
Date Deposited: | 04 Jul 2019 07:12 |
Last Modified: | 04 Jul 2019 07:12 |
URI: | https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/8556 |