Fonemena di dunia pendidikan saat ini telah terjadi berbagai bentuk bullying seperti mengejek, menghina, merendahkan terhadap anak didik yang dilakukan oleh guru, ustadz, atau oleh sesama siswa yang dapat merusak jiwa dan raga anak didik bahkan sampai bunuh diri. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti bagaimana strategi guru di SMP Islam Qur’ani dalam penyelesaian kasus bullying. Adapun urgensinya bullying bisa merusak jiwa bahkan sampai bunuh diri. Adapun rumusan masalah yaitu: bagaimana bentuk-bentuk kasus bullying di SMP Islam Qur’ani Banda Aceh, bagaimana perencanaan guru dalam penyelesaian kasus bullying di SMP Islam Qur’ani Banda Aceh, bagaimana pelaksanaan penyelesaian kasus bullying di SMP Islam Qur’ani Banda Aceh, bagaimana kendala-kenala guru dalam penyelesaian kasus bullying di SMP Islam Qur’ani Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Lokasi penelitian dilakukan di SMP Islam Qur’ani Banda Aceh, dengan pemilihan subjek yaitu terdiri dari 1 kepala sekolah, 5 orang guru, dan 15 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumentasi. Analisis data menggunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kasus bullying yang paling sering terjadi adalah bullying verbal, seperti ejekan dan penghinaan, dan sindiran. Perencanaan guru dalam penyelesaian kasus bullying yaitu guru memberikan contoh keteladanan yang baik kepada siswa serta membuat kesepakatan kelas tentang larangan melakukan tindakan bullying kepada teman-temannya. Di dalam pelaksanaan penyelesaiaan kasus bullying di SMP Islam Qurani Banda Aceh ketika sudah terjadi kasus seperti bullying verbal guru langsung melakukan Langkah-langkah seperti memberi pembinaan dan dipanggil ke keruangan khusus untuk diminta keterangan serta sekalian dibimbing tanpa mengetahui orang lain. Namun Terdapat kendala yang menghambat efektivitas penyelesaian kasus bullying, (1). Emosi dan mental tidak stabil (2). Kurangnya pelatihan bagi guru, (3). Komunikasi belum optimal.