Penelitian ini menganalisis pertimbangan hakim dalam menetapkan dispensasi perkawinan
dengan alasan telah bertunangan di Mahkamah Syar’iyah Kota Sigli pada 2022–2024.
Menggunakan pendekatan kasus dan perundang-undangan dalam kerangka yuridis normatif,
temuan menunjukkan bahwa hakim mempertimbangkan adanya pertunangan, kesiapan
pasangan secara fisik dan mental, serta dukungan keluarga. Prinsip fikih “mencegah kerusakan
lebih utama daripada meraih manfaat” menjadi dasar utama putusan, sejalan dengan
pendekatan maslahat dalam hukum keluarga Islam. Namun dari perspektif kebijakan
perlindungan anak, praktik ini masih menyisakan potensi risiko terhadap hak-hak anak,
terutama dalam aspek pendidikan dan perlindungan dari pernikahan dini. Disimpulkan bahwa
dispensasi kawin dikabulkan atas dasar kemaslahatan, namun perlu keseimbangan dengan
prinsip perlindungan anak yang lebih ketat.
Kata Kunci: Dispensasi Kawin; Pertunangan; Hukum Keluarga Islam; Perlindungan Anak;
Mahkamah Syar’iyah.