Strategi marketing mix dalam pemasaran jasa pendidikan sangat berperan penting dalam lembaga pendidikan. SMA Negeri 2 Bener yang sebelumnya menghadapi berbagai kendala dalam penerapan strategi marketing mix seperti: strategi promosi yang belum optimal (promosi), dan peran alumni yang harus diberdayakan (product). Tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui penerapan strategi marketing mix dalam peningkatan pemasaran jasa pendidikan di SMA Negeri 2 Bener Meriah, (2) Untuk mengetahui elemen-elemen marketing mix dalam peningkatan daya tarik masyarakat, (3) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan strategi marketing mix dalam peningkatan pemasaran jasa pendidikan di SMA Negeri 2 Bener Meriah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian Kepala Sekolah, Wakil Kepala Kesiswaan, 2 Guru SMA Negeri 2 Bener Meriah, 2 Orang tua peserta didik, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian, penarikan kesimpulan dan dilakukan uji keabsahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) SMA Negeri 2 Bener Meriah ini menerapkan pemasaran eksternal melalui persiapan produk, penetapan biaya, serta promosi menggunakan media sosial, yang diikuti dengan pemasaran interaktif yang menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua siswa. Dalam penerapan marketing mix, sekolah fokus pada identifikasi pasar, segmentasi pasar, diferensiasi produk, dan komunikasi pemasaran yang efektif. (2) Faktor produk, harga, dan promosi terbukti menjadi daya tarik yang signifikan terhadap keputusan orang tua. Sekolah yang dapat menggabungkan ketiga faktor ini dengan baik akan lebih mudah menarik dan mempertahankan kepercayaan orang tua serta masyarakat. (3) Keberhasilan penerapan marketing mix akan membawa dampak positif bagi SMAN 2 Bener Meriah. Namun, terdapat beberapa kelemahan, terutama dalam aspek promosi dan penetapan biaya pendidikan yang harus sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat atau orang tua peserta didik.